Manado, (Antara Sulut) - "Cape mengeluh sama jaringan Telkomsel,,,parah," ujar Rosita, salah seorang pengguna Telkomsel ketika meng-up date statusnya di Facebook melalui smartphone BlackBerry, belum lama ini.
Para customer awam Telkomsel selama ini cuma menggerutu ketika seluler yang mereka gunakan jaringannya terganggu atau modem yang digunakan aksesnya lambat atau lemot. Tidak lebih dari itu.
Sedangkan mereka yang sudah melek Information Technology (IT) sedikit terjawab kegalauannya kalau bergabung di grup Telkomsel atau Telkomsel Flash di Facebook, tidak sekedar meng-up date statusnya di social media itu.
Kalau masuk di grup paling tidak ada solusi terhadap gangguan tersebut, syukur-syukur kalau admin pengelola grup tersebut menempatkan diri sebagai customer care, sehingga mau memberikan jawaban.
Agak meningkat lagi kalau si customer tersebut mem-follow akun @Telkomsel dan @Telkomflash di social media, twitter, kemudian mengadukan masalahnya. Biasanya pengelola akun akan memberikan jawaban yang cepat.
Dalam menyikapi keluhan kebanyakan pelanggan berupa gangguan jaringan, pihak Telkomsel sebenarnya sudah mempunyai sistem canggih yang mampu mendeteksi gangguan dari Sabang hingga Merauke selama 24 jam. Ini yang belum banyak diketahui oleh publik dan customer.
Sistem itu adalah Operation and Monitoring Center (OMC) Telkomsel atau Pusat Operasi dan Monitoring Jaringan Telkomsel yang berlokasi di Lantai V, Gedung Wisma Mulia, Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta.
Ini merupakan sistem untuk memantau semua jaringan yang dimiliki oleh Telkomsel di seluruh Indonesia. Jika ada gangguan atau kapasitas yang kurang, bisa langsung ditangani secara cepat setelah termonitor di OMC.
Pada 16 hingga 18 Desember 2011 PT Telkomsel Regional Sulmalirja memberikan kesempatan kepada para jurnalis dari Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya, untuk melongok dapur OMC, melalui kegiatan Press Gathering Telkomsel.
Sekitar 34 jurnalis mengikuti kegiatan ini yang dikawal langsung oleh Corporate Communication Telkomsel Regional Sulmalirja, Hasrina dan event organizer dari PT Apple Pie Organizer, Romi Setiawan.
OMC adalah sebuah ruangan laksana gedung film yang di dinding utama terdapat slide yang menunjukkan titik-titik mana saja yang mengalami gangguan melalui lampu indikator.
Bedanya di masing-masing kursi tersedia personal computer dan laptop, lengkap dengan petugas yang bekerja secara shift 24 jam. Shift pertama pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB, shift kedua 16.00 WIB – 24.00 WIB,dan shift ketiga pukul 24.00 WIB –08.00 WIB.
Tidak sembarangan masuk ke ruangan ini. Kalau saat masuk Gedung Wisma Mulia harus meninggalkan KTP, sedangkan memasuki ruangan OMC harus melepas alas kaki.
Ditempat tersebut rombongan jurnalis mendapat penjelasan dari Supervisor Problem Management, Hendry dan Supervisor Service Management PT Telkomsel, Agus Sugiarto.
Hendry mengatakan OMC merupakan pusat monitoring dari semua aktifitas jaringan Telkomsel di seluruh Indonesia.
"Kalau ada kejadian di Makassar misalnya akan terlihat di tempat ini. OMC merupakan monitoring radio, transmisi dan core," kata Hendry.
Di tempat tersebut puluhan petugas melakukan monitoring di masing-masing komputer, sementara dihadapan mereka terpampang layar monitor besar yang dipantulkan di dinding.
"Sistem kerja OMC 24 jam, jam berapapun ada petugas yang bekerja secara shift. Kalau ada BTS jatuh langsung diberitahu petugas di lapangan," ujar Hendry.
Sedangkan Agus Sugiarto mengibaratkan ruang OMC sebagai "mata" Telkomsel. "Ruang ini adalah mata Telkomsel, termasuk kalau ada yang mencuri AC di BTS bisa terbaca di tempat ini," katanya.
Pemadaman Listrik
OMC merupakan pusat kendali dari seluruh jaringan Telkomsel di Indonesia. Sistem ini memudahkan Telkomsel memonitor seluruh jaringan BTS yang total berjumlah 37.000 BTS, 7.000 di antaranya BTS yang didukung jaringan 3G, dan 916 di antaranya BTS "go green" yang sudah menggunakan energi terbarukan seperti panel surya (solar cell) atau mikrohidro.
BTS adalah kependekan dari Base Transceiver Station. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain.
Dengan sistem monitoring yang terkendali, diharapkan jika ada gangguan sekecil apa pun bisa langsung diantisipasi. Semua sistem bekerja secara real time, dilengkapi dengan lampu indikator yang bisa menunjukkan status sebuah jaringan.
Hendry mengatakan jaringan "down" seringkali terjadi karena pemadaman listrik di Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau kondisi cuaca yang buruk.
"'Down' sering terjadi karena power PLN, daerah yang sering terjadi 'down' adalah Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng), kalau ini terjadi kami menunggu listrik menyala dan mengubungi petugas di lapangan," katanya.
Pada saat para jurnalis melihat layar dari dekat di Sumbagsel terdapat 44 BTS yang mati yang terlihat dari lampu indikator yang berkedip, sementara pada saat yang sama di wilayah Sulsel hanya ada delapan BTS yang mati yakni. Meliputi wilayah Makassar, Pangkajene, Bone, Pinrang dan Maros.
"Kendala terbesar di Sumbagteng adalah listrik. Jika regional bermasalah dengan listrik, tapi di regional kami tidak punya listrik,†kata GM Network Operating Telkomsel Regional Sumbagteng, Samuel Pasaribu, di Pekanbaru, Jumat (27/5), sebagaimana dikutip portal www.bisnis-sumatra.com.
Menurutnya, dari sekitar 1.900 unit Base Transceiver Station (BTS) yang ada di wilayah Riau, sekitar 1.050 unit BTS diantaranya menggunakan pembangkit listrik yang dihasilkan dari mesin generator set (genset).
Kondisi itu setidaknya telah menimbulkan dampak negatif bagi pihaknya, karena banyak pelanggan Telkomsel di Riau seperti di Kota Pekanbaru mengeluh dengan kondisi jaringan atau sinyal karena kesulitan saat menghubungi atau dihubungi.
Padahal pealanggan operator seluler itu di Pulau Sumatera saat ini tercatat lebih dari 31 juta, dengan 9,2 juta lebih diantaranya terdapat di wilayah regional Sumbagteng yang dilayani 2.500 unit lebih BTS, termasuk 470 Node B (BTS 3G).
Pelanggan Meningkat
Kendati ada pelanggan mengeluh tentang lambatnya sinyal jaringan Telkomsel seperti Rosita, namun operator seluler ini terus berbenah dan pelanggannya terus meningkat.
Menurut General Manager Corporate Comunnication PT Telkomsel, Ricardo Indra, pelanggan Telkomsel saat ini sudah tembus 105 juta dan masuk dalam peringkat tujuh besar di dunia.
Ricardo mengemukakan hal itu saat Telkomsel Press Awarding Night di The Peak, Bandung.
Menurut Ricardo peran media sangat penting bagi Telkomsel karena opini publik dibentuk oleh media.
"Dulu orang mengenal Telkomsel untuk layanan telepon, voice dan SMS. Sekarang orang menggunakan social media seperti Facebook dan Twitter melalui seluler, namun mereka tidak sadar telah menggunakan internet," katanya.
Menurut Vice President PT Telkomsel Area IV Pamasuka, Agus Mulyadi, potensi Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya sangat besar dan saat ini sudah ada 1064 BTS, namun dengan jumlah BTS tersebut dirasa masih kurang baik untuk 2G maupun 3G.
"Tahun depan kami akan menambah 800 untuk 2G dan 3G. Pada 2011 ini direncanakan 100 kota masuk broadband city, baik kota besar maupun middle city," katanya.
Broadband merupakan sebuah istilah dalam internet yang merupakan koneksi internet transmisi data kecepatan tinggi. Ada dua jenis jalur lebar yang umum, yaitu DSL dan kabel modem, yang mampu mentransfer 512 kbps atau lebih, kira-kira sembilan kali lebih cepat dari modem yang menggunakan kabel telepon standar.
Agus mengatakan Telkomsel juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi ke deviden dan membangun bangsa.
"Operator yang lain hanya main di kota besar, kami sudah masuk hingga Papua karena adanya komitmen tersebut. Biasanya kalau market sudah terbentuk di daerah baru, yang lain baru menyusul," katanya.
Agus mengatakan bila saat ini Ternate, Maluku dan Papua masih menggunakan satelit, maka kedepan akan ditingkatkan menggunakan kabel laut yang dipasang di dasar laut.
Acara yang berlangsung di puncak perbukitan Bandung tersebut juga merupakan perpisahan dari Vice President PT Telkomsel Area IV Pamasuka, Agus Mulyadi, yang akan menempati tugas barunya di PT Telkomsel Regional Jawa Timur.
* Jurnalis di Perum LKBN Antara Biro Sulut, Twitter : @agus_antara.