Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) terus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat akan waspada peredaran uang palsu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Bersyukur peredaran uang palsu di Sulut relatif kecil, jika dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut, Andry Prasmuko, di Manado, Kamis.
Dia mengatakan peredaran uang palsu secara terus menerus disosialisasikan ke masyarakat, bagaimana mengenal uang palsu itu.
Namun, kata Andry, kuncinya dari masyarakat itu sendiri untuk lebih teliti dan jeli melihat keaslian rupiah.
Dia menjelaskan, masyarakat harus tahu mana uang yang asli dan mana uang yang palsu. Untuk membantu hal ini, maka BI gencar melakukan sosialisasi langsung, maupun melalui media seperti radio, televisi dan lain-lain.
“Semua tim turun melakukan sosialisasi di berbagai kalangan masyarakat, seperti RT, RW dan sekolah-sekolah. Begitu juga untuk kalangan mahasiswa," jelasnya.
BI melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah (Cikur) dan cara mencegah peredaran uang palsu melalui berbagai cara, termasuk dialog publik, media sosial, website BI, dan kampanye Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah.
Ia menjelaskan BI mengajarkan masyarakat untuk mengenali uang Rupiah asli dengan metode 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang.
Dilihat, katanya, perhatikan benang pengaman yang berubah warna saat dilihat dari sudut pandang tertentu dan tanda air (watermark).
Diraba, yakni perhatikan hasil cetak yang terasa kasar pada gambar pahlawan, burung Garuda, dan nilai nominal, serta kode tuna netra (blind code).
Diterawang, yakni perhatikan gambar saling isi (rectoverso) dari logo BI yang dapat dilihat secara utuh saat diterawang.
BI juga menghimbau masyarakat untuk tidak melipat, mencoret, distapler, diremas, atau membasahi uang Rupiah.