Danau Tondano semakin menyusut dan dangkal
Manado (ANTARA) - Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I menyebut Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara terus mengalami penyusutan luasannya dan mendangkal.
"Itulah sebabnya program revitalisasi Danau Tondano penting untuk dilakukan," kata Kepala BWS Sulawesi I, I Komang Sudana di Manado, Selasa.
Luasan danau penyuplai air bagi masyarakat sekitar, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun aktivitas pertanian-perikanan sekitar, menyusut dari 5.000 hektare menjadi 4.700 hektare, kata Komang.
Begitupun dengan kedalaman yang sebelumnya sekitar 30 meteran, saat ini tinggal 13,5 meter sebagaimana hasil pengukuran batimetri.
"Bila terus tersedimentasi, terurug maka luasan dan kedalamannya akan terus berkurang, lama kelamaan akan habis," ujar Komang.
Karena itu menurut dia, ada upaya menarik batas garis sempadan danau minimal 50 meter dari bibir danau atau muka air tertinggi.
"Begitu ditarik (50 meter), banyak warga protes. Kita memasang patok sebagai bentuk komitmen untuk menyelamatkan danau ini," ujarnya.
Artinya dengan patok ini masyarakat tidak lagi bergerak ke dalam sehingga luasan danau tidak berkurang dan sumber air di danau tetap terpelihara.
Tujuan lainnya dari revitalisasi Danau Tondano ini adalah melindungi sumber air dari pencemaran karena aktivitas masyarakat.
"Bila hanya bicara teori garis, tanpa dipasang patok, itu tidak akan jelas. Pemasangan patok atau batas tersebut adalah bagian dari upaya menyelamatkan Danau Tondano," ujarnya.
Karena itu, dia berharap, upaya revitalisasi Danau Tondano ini mendapat dukungan penuh masyarakat sekitar yang dengan ikhlas merelakan tanahnya untuk pengerjaan proyek ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Danau Tondano-Minahasa semakin menyusut dan dangkal
"Itulah sebabnya program revitalisasi Danau Tondano penting untuk dilakukan," kata Kepala BWS Sulawesi I, I Komang Sudana di Manado, Selasa.
Luasan danau penyuplai air bagi masyarakat sekitar, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun aktivitas pertanian-perikanan sekitar, menyusut dari 5.000 hektare menjadi 4.700 hektare, kata Komang.
Begitupun dengan kedalaman yang sebelumnya sekitar 30 meteran, saat ini tinggal 13,5 meter sebagaimana hasil pengukuran batimetri.
"Bila terus tersedimentasi, terurug maka luasan dan kedalamannya akan terus berkurang, lama kelamaan akan habis," ujar Komang.
Karena itu menurut dia, ada upaya menarik batas garis sempadan danau minimal 50 meter dari bibir danau atau muka air tertinggi.
"Begitu ditarik (50 meter), banyak warga protes. Kita memasang patok sebagai bentuk komitmen untuk menyelamatkan danau ini," ujarnya.
Artinya dengan patok ini masyarakat tidak lagi bergerak ke dalam sehingga luasan danau tidak berkurang dan sumber air di danau tetap terpelihara.
Tujuan lainnya dari revitalisasi Danau Tondano ini adalah melindungi sumber air dari pencemaran karena aktivitas masyarakat.
"Bila hanya bicara teori garis, tanpa dipasang patok, itu tidak akan jelas. Pemasangan patok atau batas tersebut adalah bagian dari upaya menyelamatkan Danau Tondano," ujarnya.
Karena itu, dia berharap, upaya revitalisasi Danau Tondano ini mendapat dukungan penuh masyarakat sekitar yang dengan ikhlas merelakan tanahnya untuk pengerjaan proyek ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Danau Tondano-Minahasa semakin menyusut dan dangkal