Jakarta (ANTARA) - Kementerian ESDM bersama Badan Riset dan Teknologi Nasional (BRIN) telah mengkaji dan mengidentifikasi teknologi alternatif pengolahan emas bebas merkuri (Hg) dengan menggunakan larutan sianida, tiosulfat, dan tiourea.
Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Lana Saria, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, mengatakan pelindian dengan larutan sianida merupakan teknologi yang paling mumpuni dalam pengelolaan emas.
"Berdasarkan kajian keekonomian, pelindian dengan sianida merupakan teknologi yang mampu memberikan peresentase perolehan emas yang terbaik dan tertinggi serta paling murah dibandingkan dua teknologi yang lain," kata dia.
Pelindian sianida melarutkan lumpur yang mengandung emas menggunakan larutan sianida dan menambahkan karbon aktif untuk menyerap emas, sehingga tidak memerlukan merkuri yang sulit didegradasi.
Melalui teknologi ini, senyawa racun sianida diubah secara kimiawi menjadi zat kimia lain yang tingkat racunnya lebih kecil dan bisa dinetralisir.
Pelindian sianida mampu mengolah 10 gram bijih emas menjadi sembilan gram emas bullion sementara merkuri --satu-satunya logam dalam bentuk cair pada temperatur kamar-- dari 10 gram bijih emas hanya menghasilkan tiga gram emas bullion.
Ia menyatakan, mereka terus berupaya mengatasi penggunaan merkuri melalui sosialisasi bahaya merkuri kepada penambang emas skala kecil atau pertambangan rakyat dan sosialisasi kepada pertambangan tanpa izin.
Selanjutnya, pemerintah juga telah menetapkan peraturan yang melarang penggunaan merkuri pada kegiatan pertambangan emas maupun pengolahan emas.
Kemudian, mempercepat upaya formalisasi pertambangan rakyat dan melakukan upaya penertiban pertambangan emas tanpa izin di berbagai lokasi.
Dalam Rencana Aksi Nasional, pemerintah menetapkan target pengurangan merkuri 100 persen di sektor penambangan emas skala kecil dengan target pengurangan lokasi sebanyak 180 lokasi kabupaten/kota pada 2025.
Jumlah estimasi penggunaan merkuri di satu lokasi tambang mencapai 6,2 kilogram sampai 85,63 kilogram per tahun, sehingga jika dijumlahkan penggunaan merkuri dapat mencapai 13,94 ton 192,53 ton per tahun.
Pada rentang 2019-2020, pemerintah telah menghapus merkuri seberat 10,45 ton dan sebanyak lima lokasi penambangan emas skala kecil sudah tidak menggunakan merkuri.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi emas nasional pada 2019 tercatat seberat 109,2 ton. Sedangkan produksi kegiatan emas dan sektor penambangan emas skala kecil diperkirakan sekitar 21,84 ton atau 20 persen per tahun dari produksi formal.
Berita Terkait
Nuklir, amonia dan hidrogen masuk dalam RUU EBET
Jumat, 3 Mei 2024 6:32 Wib
Badan Geologi sebut aktivitas erupsi Gunung Ruang mulai menurun
Senin, 22 April 2024 11:49 Wib
Presiden Jokowi akan resmikan Proyek Strategis Nasional Tangguh Train 3
Jumat, 24 November 2023 5:32 Wib
Menteri ESDM: Indonesia akan jadi pemilik saham mayoritas PT Vale
Rabu, 8 November 2023 18:39 Wib
Pengungsi Gunung Karangetang diizinkan pulang setelah guguran lava menurun
Kamis, 17 Agustus 2023 12:34 Wib
KPK sidik rumah mewah milik tersangka korupsi di Kementerian ESDM
Rabu, 9 Agustus 2023 16:06 Wib
PVMBG mencatat 1.189 kali gempa guguran Gunung Karangetang di Pulau Siau
Rabu, 2 Agustus 2023 6:35 Wib
Badan Geologi naikkan status Gunung Lokon di Tomohon jadi Siaga
Senin, 17 Juli 2023 21:01 Wib