Manado, (AntaraSulut) - Pnt Piet Hein Pusung sebagai salah satu nominator sebagai ketua dalam pemilihan Komisi pelayanan Anak (KPA) Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) jika dirinya terpilih akan memfokuskan diri untuk membawa Anak Sekolah Minggu (ASM) dalam menyatakan kasih Allah bagi dunia.
Pemilihan KPA yang akan diselenggarakan di Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada tanggal (7/3) besok.
"Puji Tuhan, saya menjadi nominator bisa dipilih menjadi Ketua dalam Pemilihan Komisi Pelayanan Anak (KPA) Sinode GMIM, yang akan diselenggarakan besok di Amurang. Saya pribadi hanyalah manusia biasa yang punya Tuhan yang luar biasa. Saya tidak pernah mengejar posisi atau jabatan, tapi fokus pada panggilan untuk membawa anak-anak menyaksikan dan menyatakan kasih Allah yang begitu indah. Karena yang akan dipertanggungjawabkan di akhir nanti bukan "menjadi apa?" Tapi "apa saja yang dilakukan?". Segala kemuliaan bagi Tuhan!," kata Piet, di Manado, Kamis.
Lanjut dikatakan Piet, ASM jaman sekarang akan memasuki tahun 2030-2040, Indonesia yang akan mengalami Bonus Demografi. Angkatan kerja (15-64 tahun) di indonesia akan berjumlah 70 persen dari penduduk dan anak-anak sekarang termasuk didalamnya.
"Ini menjadi tantangan, saya sebagai pelayanan anak untuk mempersiapkan anak-anak memiliki kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif dalam rangka persiapan hidup di era bonus demografi yg sangat kompetitif," jelas Piet.
Katanya, Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya.
"Nah... saat ini Indonesia mengalami bonus demografi ini dikarenakan proses transisi demografi yg berkembang sejak beberapa tahun yg lalu yang dipercepat dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan lainnya," kata Piet.
Akan tetapi usia produktif ini apabila tidak berkualitas malah akan menjadi beban negara, oleh karena itu mari kita tingkatkan wajib belajar 12 tahun, lakukan pembinaan pola asuh & tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha ekonomi keluarga, pokoknya peningkatan segala bidang agar SDM kita mampu bersaing di dunia International,
Piet juga concern dalam pendidikan inklusif yaitu pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus (disabilitas), misalnya autis, hiperaktif dan sindrom down.
"Anak-anak seperti itu harus mendapat perhatian khusus dari kita semua, karena anak-anak berkebutuhan khusus justru yang lebih membutuhkan perhatian dan kasih sayang, serta semakin menyatakan kasih Allah bagi semua orang, semua anak, termasuk anak-anak disabilitas," jelasnya.