Makassar (ANTARA Sulsel) - Universitas Hasanuddin kembali memfasilitasi pertemuan antara Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pertemuan yang bertajuk Ekspedisi Biodeversitas Selat Makassar 2009 mempertemukan para peneliti dan akademisi di Makassar, Senin.
Ekspedisi Biodeversitas Selat Makassar 2009 ini merupakan tindak lanjut dari Kegiatan Ekspedisi di Teluk Toli-Toli, Sulawesi Tengah, yang berlangsung pada 3 - 10 Mei 2009 yang lalu, didukung oleh 21 tenaga peneliti yang terdiri dari 13 dosen dan delapan peneliti LIPI, serta lima teknisi.
Tenaga dosen yang terlibat dalam Ekspedisi Toli-Toli berasal dari 12 universitas, sedangkan peneliti dan teknisi LIPI berasal dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Di samping itu, tim ekspedisi juga mendapat partisipasi tiga wartawan. Adapun aspek yang dikaji dalam ekspedisi ini meliputi Fisika Oseanografi, Produktivitas Primer Perairan, Komunitas Plankton, Bakteriologi, Mangrove, Moluska, terumbu Karang, Padang Lamun, Organism Benthos, Algae, komunitas ikan dan perairan.
Teluk Toli-Toli dipilih sebagai lokasi ekspedisi didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah ini termnasuk pusat keanekaragaman hayati di kawasan Pasifik Barat.
Teluk Toli-Toli berada pada daerah pertemuan antara laut Sulawesi dan Selat Makassar yang memiliki karakter perairan oseanik dan diperkirakan mendapat pengaruh dominan dari fenomena Arus Lintas Indonesia (Arlindo).
Pengaruh Arlindo diperkirakan turut membantu dalam distribusi biota laut di kawasan Indo-Pasifik dan sekaligus memicu keanekaragaman biota yang tinggi akibat peningkatan kesuburan dan kualitas perairan.
Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan riset terpadu ini adalah untuk mendokumentasikan data dan informasi kelautan, khususnya ekosistem pesisir dan biota lautnya, dan untuk mengetahui kondisi dinamika oseanografi, serta memberikan rekomendasi untuk pemanfaatan dan pengelolaan wilayah perairan yang berkelanjutan.
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas (70 persen). Kondisi geografis ini memberikan status bagi Indonesia sebagai salah satu negara di dunia dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi.
Namun, data dan informasi untuk mendukung status ini masih terbatas, sehingga diperlukan lebih banyak lagi program riset kelautan untuk mengungkapkan kondisi diversitas, distribusi dan kelimpahan dari biota laut yang hidup di perairan Indonesia. Menyikapi hal itu, Dirjen Dikti dan LIPI bergandengan memprakarsai kegiatan Ekspedisi Biodiversitas Selat Makassar 2009 yang diharapkan dapat memperkaya data dan informasi kondisi habitat dan biota laut di Indonesia.
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan hasil ekspedisi ini antara lain Pentingnya melestarikan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun di kawasan Teluk Toli-Toli, untuk mempertahankan biodiversitas keseluruhan sumber daya laut di Teluk Toli-Toli.
Diperlukan upaya pengelolaam sumber daya untuk mempertahankan dan memulihkan biodiversitas di Teluk Toli-Toli, seperti Kimah, Kerang Bijinangka dan Kerang Totok. Selain itu, diperlukan upaya peningkatan penyebaran pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan karang yang efektif dan efisien berdasarkan kaidah keramahan lingkungan.
Di samping, diperlukan penerapan teknologi alat bantu dalam operasi penangkapan ikan tuna untuk peningkatan produktivitas nelayan. Serta diperlukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang kelautan dan perikanan terutama dalam rangka pemanfaatan sumber daya laut yang lestari.
(T.PSO-099/F003)