New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka AS anjlok di bawah nol dolar AS pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) untuk pertama kalinya dalam sejarah, di tengah kelebihan pasokan yang disebabkan oleh virus corona, ketika para pedagang yang putus asa membayar untuk menyingkirkan minyak yang kontraknya akan berakhir Selasa.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei merosot 55,9 dolar AS atau lebih dari 305 persen, menjadi menetap di -37,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh titik terendah sepanjang masa -40,32 dolar AS per barel.
Harga minyak negatif menyiratkan bahwa produsen akan membayar pembeli untuk mengambil minyak dari tangan mereka. Ini menandai pertama kalinya kontrak berjangka minyak diperdagangkan negatif dalam sejarah, menurut Dow Jones Market Data. Kontrak Mei berakhir pada Selasa.
Kontrak WTI untuk penyerahan Juni juga jatuh lebih dari 18 persen menjadi 20,43 per barel.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 2,51 dolar AS atau sembilan persen menjadi ditutup pada 25,57 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Penurunan Brent tidak sederas WTI karena lebih banyak tempat penyimpanan tersedia di seluruh dunia.
Pedagang bergegas untuk membongkar posisi mereka menjelang berakhirnya kontrak, berkontribusi pada penurunan bersejarah, para ahli mencatat.
"Kami menghubungkan pelemahan harga WTI dengan berakhirnya kontrak Mei besok dan volume perdagangan rendah yang menyertainya," kata Giovanni Staunovo, seorang analis komoditas di UBS Global Wealth Management, kepada Xinhua pada Senin (20/4/2020).
Permintaan yang lebih lemah terkait dengan pandemi COVID-19 dan potensi kelebihan pasokan adalah masalah yang lebih parah, menurut analis.
"Penurunan lebih banyak dalam kontrak berjangka yang likuid cair mencerminkan masalah yang lebih luas yang kita miliki di pasar minyak - kelebihan pasokan parah di kuartal kedua," kata Staunovo.
Permintaan minyak global diperkirakan akan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari (bph) tahun ke tahun pada 2020, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan dalam laporan bulanannya yang baru dirilis.
"Dampak dari tindakan penguncian di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti," kata IEA, menambahkan permintaan pada April diperkirakan 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu, turun ke level terakhir terlihat pada 1995.
Ketika miliaran orang di seluruh dunia tinggal di rumah untuk memperlambat penyebaran virus corona baru, permintaan fisik untuk minyak mentah telah mengering, menciptakan kelebihan pasokan global.
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib