New York (ANTARA) - Harga minyak turun tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah melambung sehari sebelumnya, tertekan data pemerintah yang menunjukkan kenaikan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah AS dan ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang kian meningkat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun tiga sen menjadi ditutup pada 44,29 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September kehilangan dua sen menjadi menetap di 41,90 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah dan sulingan AS naik secara tak terduga, sementara permintaan bahan bakar tergelincir dalam pekan terakhir, kata Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (22/7/2020), karena peningkatan tajam dalam kasus virus corona telah mulai memukul konsumsi AS.
Persediaan minyak mentah naik 4,9 juta barel dalam sepekan hingga 17 Juli menjadi 536,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 2,1 juta barel. Produksi naik 100.000 barel menjadi 11,1 juta barel per hari.
"Secara keseluruhan, ini akan menunjukkan bahwa pemulihan permintaan yang kami lihat dari bawah tampaknya macet," kata Phil Flynn, analis senior pada Price Futures Group di Chicago.
Presiden Donald Trump mengatakan pada Selasa (21/7/2020) bahwa wabah mungkin akan memburuk sebelum membaik, sebuah pergeseran dari penekanan sebelumnya yang kuat pada pembukaan kembali ekonomi.
Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy, mengatakan komentar Trump mungkin disambut baik oleh investor karena mereka adalah yang paling diukur olehnya atau pemerintahannya sejauh ini.
“Ini bisa menjadi positif bagi prospek permintaan minyak. Alih-alih gelombang penguncian kedua yang tidak terkontrol dan mengganggu, mungkin sekarang ada peluang bahwa Amerika Serikat pada akhirnya akan mendapatkan penyebaran terkendali,” kata Tonhaugen.
Namun, pertikaian baru antara Washington dan Beijing menekan harga minyak setelah Amerika Serikat mengatakan konsulat China di Houston akan ditutup dan sebuah sumber mengatakan China sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan.
Menambah tekanan adalah tanda-tanda bahwa Irak, produsen terbesar kedua di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, masih belum memenuhi targetnya di bawah pakta yang dipimpin OPEC untuk memotong pasokan.
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib