Rentang Kembara Roso yang dimaksud dalam pameran ini, meliputi rekam jejak karya Srihadi Soedarsono, sebagai pelukis besar – maestro – Indonesia yang diawali dengan profesi sebagai pewarta gambar di era Revolusi Kemerdekaan yakni sebagai wartawan pelukis yang menciptakan poster-poster untuk Balai Penerangan Divisi TNI di Solo, hingga menjadi ambassador seni rupa Indonesia di pentas seni rupa dunia.
Roso menjadi kata kunci untuk mengapresiasi karya-karya beliau yang sudah melampaui perkara teknis atau mekanistik dalam praktik seni rupa. Bentangan garis yang tergores di atas kertas-kertas maupun kanvas beliau itu lahir dari proses pengamatan dan pengendapan rasa yang cukup lama hingga menjadi simbol dialog transenden (spiritual) antara ide artistik, rasa dan energi dalam tubuh beliau. Sehingga karyanya dapat berdialog secara batin dengan penontonnya.
Pameran tunggal Srihadi Soedarsono kali ini akan berlangsung pada tanggal 11 – 24 Februari 2016 di Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat. Pembukaan pameran sekaligus peluncuran buku “SRIHADI SOEDARSONO: 70 Years Journey of Roso†akan dilakukan pada 11 Februari 2016 dan rencananya dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.
Pameran ini sekaligus menandai tujuh puluh tahun proses kreatif beliau sebagai pelukis besar di usianya yang ke-84 tahun. Ratusan karya-karya beliau dari tahun 1946 - 2015 di atas media kertas menjadi karya periode penting dalam pameran nanti, meliputi poster-poster perjuangan di era Revolusi Kemerdekaan RI, cat air, drawing, sketsa dan lukisan pastel. Selain itu terdapat tujuh lukisan dengan tema penari Bedoyo, Borobudur, pemandangan ritual masyarakat petani, dan penari bali.
Srihadi Soedarsono menyampaikan bahwa pameran tunggal kali ini memang paling banyak menyajikan karya dengan material kertas. Peristiwa ini dapat menjadi sarana edukasi bagi publik bahwa karya seni rupa dengan material kertas juga sangat penting. Agar jangan dipahami secara sempit bahwa karya seni rupa itu cat di atas kanvas saja.
Beliau mengakui tidak pernah jauh dari kertas ketika berada di luar studio. Srihadi Soedarsono produktif dalam membuat sketsa dan gambar yang merekam hampir semua peristiwa yang diamatinya, baik di dalam negeri maupun dalam kegiatan lawatannya ke berbagai negara di dunia. Sketsa dan gambar-gambar ini umumnya dikerjakan dengan teknik drawing menggunakan pena atau charcoal serta cat air.
"Seniman itu memang harus memiliki kebebasan dalam proses kreatifnya, tetapi saya memilih kebebasan yang cerdas," pungkas sang maestro seni lukis, Srihadi Soedarsono.
Sekitar tujuh lukisan yang dipamerkan berukuran di atas satu meter itu, diyakini sebagai pencapaian estetika terbaru yang dikerjakan oleh pelukis besar ini. Karya-karya beliau tersebut mengantarkan nama besarnya di pentas seni rupa dunia karena pengetahuan akademik di bidang seni rupa serta kiprah nyata Srihadi Soedarsono yang selalu menyertakan unsur-unsur kebudayaan Nusantara (Indonesia) yang secara simbolik dihadirkan di dalam lukisan-lukisannya yang sangat indah, bermutu, dan berisi.
Pameran tunggal ini juga akan disertai dengan acara bedah buku bertajuk “SRIHADI SOEDARSONO: 70 Years Journey of Roso†dengan pembicara Jim Supangkat dan Prof. DR. Bambang Sugiharto, penanggap DR. Jean Couteau, serta DR. A. Rikrik Kusmara, M.Sn. sebagai moderator. Bedah buku ini yang akan diselenggarakan pada 20 Februari 2016 di Ruang Konferensi, Galeri Nasional Indonesia. Pameran tunggal Srihadi Soedarsono kali ini dikurasi oleh DR. A. Rikrik Kusmara M.Sn, pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.
Panitia pameran, Marthen Slamet menyampaikan bahwa pameran ini disiapkan dalam waktu 6 bulan, bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia. Pameran tunggal Srihadi Soedarsono 70 Tahun Rentang Kembara Roso ini kami anggap sebuah pameran seni rupa yang pertama di Indonesia, dimana seorang pelukis menampilkan ratusan karya-karya medium kertas.
“Tentu saja pameran ini sangat penting bukan untuk masyarakat seni rupa saja, melainkan masyarakat umum agar dapat memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai karya-karya maestro Indonesia, khsusunya Srihadi Soedarsono, maestro seni lukis yang masih aktif berkarya hingga saat ini. Srihadi itu living legend,†ujar Marthen Slamet.
Dr. A. Rikrik Kusmara M.Sn selaku kurator menjelaskan bahwa, “Pameran tunggal Srihadi Soedarsono kali ini seolah menampilkan sisi lain yang tidak banyak kita ketahui dari sosok Srihadi. Setidaknya, jika kita kenal dua pendekatan Srihadi dalam berkarya melalui media kertas dan lukisan di kanvas, akan memancing pertanyaan tentang apa peran signifikan pendekatan media drawing dan cat air bagi Srihadi jika dibandingkan dengan karya-karya lukisnya, serta dalam konteks apa karya-karya media kertas tersebut dibuat.
“Srihadi Soedarsono merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan sejarah perjuangan awal masa Republik Indonesia serta sejarah seni rupa Indonesia modern,â€ujar Dr. A. Rikrik Kusmara M.Sn.