Houston (ANTARA) - Minyak mentah tergelincir pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan Brent menetap di bawah 100 dolar AS per barel untuk pertama kali dalam tiga bulan karena penguatan dolar, pembatasan COVID-19 yang melemahkan permintaan di importir minyak mentah utama China, dan meningkatnya kekhawatiran global perlambatan ekonomi.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 7,61 dolar AS atau 7,1 persen, menjadi menetap di 99,49 dolar AS per barel, level terendah sejak 11 April. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 8,25 dolar AS atau 7,9 persen, menjadi ditutup di 95,84 dolar AS per barel, juga terendah dalam tiga bulan.
Penurunan tajam mengikuti satu bulan perdagangan bergejolak, di mana investor telah menjual posisi minyak di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga yang agresif untuk membendung inflasi akan memacu penurunan ekonomi yang akan menarik permintaan minyak.
"Saya pikir itu cukup kritis hanya dari titik psikologis yang kami pegang di 95 dolar AS per barel," kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth US.
Harga minyak menghadapi tekanan ekstrem "karena postur defensif berlanjut dengan sentimen konsumen masih dalam mode tertekan seiring dengan munculnya kembali COVID di China," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior untuk perdagangan di BOK Financial.
Rekor dolar yang tinggi memicu lebih banyak likuidasi penjualan, Kissler menambahkan. Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Indeks dolar, yang melacak mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang mitra, pada Selasa pagi naik ke 108,56, level tertinggi sejak Oktober 2002. Investor cenderung melihat dolar sebagai tempat yang aman selama volatilitas pasar.
Investor telah membuang turunan terkait minyak bumi pada salah satu tingkat tercepat di era pandemi karena kekhawatiran resesi meningkat. Para hedge fund dan pengelola uang lainnya menjual setara dengan 110 juta barel dalam enam kontrak berjangka dan opsi terkait minyak paling penting dalam seminggu hingga 5 Juli.
Volatilitas close-to-close pada Brent dan WTI berada di level tertinggi sejak awal April. Likuiditas yang lebih rendah biasanya menghasilkan pasar yang lebih bergejolak dengan perubahan harga yang drastis.
Pembatasan perjalanan COVID-19 yang diperbarui di China juga membebani harga minyak, dengan beberapa kota di China mengadopsi pembatasan baru, dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas, dalam upaya untuk mengendalikan infeksi baru dari subvarian virus yang sangat menular.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak tergelincir terseret reli dolar, prospek permintaan yang lemah
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib