New York (ANTARA) - Harga minyak terus menguat akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mencatat kenaikan selama lima sesi berturut-turut didukung oleh data ekonomi AS yang kuat, mengimbangi kekhawatiran investor tentang potensi kenaikan pasokan Iran ketika pembicaraan nuklir Iran-AS dapat mengarah pada pencabutan sanksi terhadap industri energi negara tersebut.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli terangkat 59 sen atau 0,9 persen, menjadi menetap di 69,46 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 64 sen atau 1,0 persen, menjadi $ ditutup pada 66,85 dolar AS per barel.
Jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih rendah dari yang diperkirakan minggu lalu, menurut data dari Departemen Tenaga Kerja AS.
Ekonomi AS, yang pada kuartal pertama mencatat laju pertumbuhan tercepat kedua sejak kuartal ketiga 2003, sedang mengumpulkan momentum, dengan data lain pada Kamis (27/5) menunjukkan pengeluaran bisnis untuk peralatan mengalami percepatan pada April.
"Itu memberi kami lebih banyak sikap untuk mengambil risiko di pasar," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. “Kami kembali berfokus pada penawaran dan permintaan.”
Prospek pasokan Iran masuk kembali ke pasar telah menekan harga. Iran dan kekuatan global telah bernegosiasi sejak April tentang pencabutan sanksi Washington terhadap Iran, termasuk sektor energinya, sebagai imbalan atas kepatuhan Iran dengan pembatasan pada pekerjaan nuklirnya.
Pembicaraan itu akan menjadi masalah besar untuk pertemuan 1 Juni Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+. Kelompok tersebut kemungkinan akan terus mengurangi pembatasan pasokan minyak secara bertahap pada pertemuan Selasa (1/6), sumber OPEC mengatakan, karena produsen menyeimbangkan ekspektasi pemulihan permintaan terhadap kemungkinan peningkatan pasokan Iran.
Analis mengatakan setiap peningkatan pasokan dari Iran akan bertahap, dengan JP Morgan memperkirakan Iran dapat menambah 500.000 barel per hari (bph) pada akhir tahun ini dan 500.000 bph lagi pada Agustus 2022.
Kekhawatiran juga tetap tentang permintaan di India, konsumen minyak terbesar ketiga di dunia. India sangat terpukul oleh virus corona, dan hanya sekitar 3,0 persen dari populasinya yang telah divaksinasi penuh, menurut pelacak vaksin Reuters di India.
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib