Beijing (ANTARA) - Seorang warga Hong Kong berusia 63 tahun meninggal dunia setelah menerima vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi asal China Sinovac Biotech.
Namun media China, Kamis pagi, melaporkan bahwa kematian pria lansia tersebut tidak terkait langsung dengan vaksin Sinovac dengan mengutip hasil autopsi dan program vaksinasi massal di Hong Kong terus berlanjut sesuai rencana.
Kematian tidak terkait langsung dengan suntikan vaksin karena hasil autopsi menyimpulkan pria tersebut menderita penyakit kronis, obesitas, tekanan darah tinggi, dan dicurigai menderita penyakit jantung koroner, demikian Hung Fan Ngai Ivan selaku penanggung jawab klinis vaksinasi massal di wilayah korban dalam konferensi pers di Hong Kong, Rabu (3/3) malam.
Menurut Hung, kemungkinan besar korban meninggal karena penyakit jantung, paru-paru, dan kegagalan pada sistem pernapasan.
Oleh karena itu, vaksinasi di kota tersebut akan berlanjut karena tidak ada bukti yang menunjukkan kasus individu terkait dengan vaksinasi.
Para pakar medis menyarankan warga Hong Kong yang memiliki penyakit kronis untuk memeriksakan diri sebelum menerima vaksin.
Sementara itu, CEO Sinovac Biotech Yin Weidong percaya diri bahwa vaksin buatan perusahaannya aman digunakan.
"Kami meyakini keamanan keseluruhan vaksin Sinovac karena terbukti aman sebagaimana hasil observasi vaksinasi massal," ujarnya dikutip Global Times.
Departemen Kesehatan Hong Kong mengungkapkan bahwa pada Selasa (2/3) malam korban mengalami sesak napas, dua hari setelah menerima suntikan vaksin.
Pada malam itu pula korban dilarikan ke rumah sakit namun beberapa saat kemudian meninggal dunia.
Pria lansia itu mengalami penyakit bronkitis kronis dan tidak ada efek samping dari vaksinasi sebagaimana hasil observasi pihak rumah sakit, demikian kanal berita hk01.com.
Pemerintah Wilayah Administrasi Khusus Hong Kong (HKSAR) mendatangkan 2,5 juta dosis vaksin buatan Sinovac setelah mendapatkan persetujuan dari dewan penasihat pemerintahan setempat.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam meluncurkan program vaksinasi massal pada 26 Februari 2021.
Vaksin ini lebih aman dan efektif, memberikan manfaat lebih besar sehingga program vaksinasi akan terus berlanjut, demikian Lam.
Namun politikus perempuan itu mengingatkan warganya yang memiliki penyakit serius dan alergi terhadap vaksin tidak usah disuntik vaksin COVID-19.
Baca Juga: Eijkman: Vaksin Sinovac penuhi aspek keamanan karena lolos uji klinis fase 1 dan 2
Baca Juga: Pimpinan Sinovac sebut 90% pegawai dan keluarga mendapat vaksin COVID-19
Baca Juga:Sebanyak 10 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac kembali tiba di Indonesia
Berita Terkait
Tujuh korban tewas kebakaran ruko Mampang Jakarta ditemukan satu ruangan
Jumat, 19 April 2024 7:48 Wib
29 orang tewas setelah petir dan badai terjadi di Pakistan
Senin, 15 April 2024 15:13 Wib
Israel serang Gaza, tiga putra pimpinan Hamas tewas
Kamis, 11 April 2024 17:42 Wib
133 orang tewas akibat serangan teroris di gedung konser Crocus Moskow
Minggu, 24 Maret 2024 6:43 Wib
UNICEF sebut 13.000 anak tewas akibat perang di Gaza
Senin, 18 Maret 2024 17:09 Wib
Menhan Ukraina: 230 tentara tewas dalam sehari
Kamis, 29 Februari 2024 7:54 Wib
Pohon tumbang di Australia sebabkan mahasiswi Indonesia meninggal
Senin, 12 Februari 2024 10:58 Wib
Anies soroti cawapres milenial dan pendukung Prabowo tewas 2019 di debat capres
Selasa, 12 Desember 2023 21:43 Wib