Chicago (ANTARA) - Harga emas tergelincir ke level terendah dalam lebih dari seminggu pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), berbalik melemah dari kenaikan sesi sebelumnya, karena menguatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS dan ekuitas mendorong investor beralih ke aset-aset berisiko, mengurangi daya tarik emas.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, jatuh 8 dolar AS atau 0,44 persen menjadi ditutup pada 1.803,40 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (20/7/2021) harga emas berjangka terdongkrak 2,2 dolar AS atau 0,12 persen menjadi 1.811,40 dolar AS.
Harga emas berjangka merosot 5,8 dolar AS atau 0,32 persen menjadi 1.809,20 dolar AS pada Senin (19/7/2021), merosot 14 dolar AS atau 0,77 persen menjadi 1.815 dolar AS pada Jumat (16/7/2021), dan menguat 4,0 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1.829 dolar AS pada Kamis (15/7/2021).
Lonjakan infeksi varian Delta COVID-19 yang menimbulkan kekhawatiran atas pemulihan ekonomi global terhenti, telah membebani sentimen risiko dan memicu aksi jual ekuitas pada Senin (19/7/2021), tetapi saham dan imbal hasil obligasi sejak itu pulih, meredupkan daya tarik safe-haven emas.
“Ada napas lega dalam ekuitas, obligasi pemerintah dan minyak kembali naik. Ini adalah tanda-tanda perdagangan reflasi, yang tidak baik untuk emas," kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures di Chicago.
Tetapi Streible mengatakan reflasi dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan kenaikan inflasi adalah positif bagi perak, platinum dan paladium yang juga digunakan untuk aplikasi industri.
Imbal hasil yang lebih tinggi membebani harga emas yang tidak memberikan imbal hasil, karena meningkatkan peluang kerugian.
“Kami kembali dalam kondisi push-pull market ini dengan beberapa faktor yang mempengaruhi pasar emas secara positif dan lainnya secara negatif,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Kemungkinan pandangan inflasi sementara Fed terbukti benar, terutama mengingat meningkatnya kasus COVID-19, adalah negatif untuk lindung nilai inflasi seperti emas, tetapi kebijakan moneter yang akomodatif dalam skenario itu akan mendukung emas, catat Meger.
Kerugian emas juga terjadi meskipun dolar AS mundur dari level tertinggi sejak awal tahun. Namun emas dapat terus menemukan dukungan di tengah lonjakan global dalam kasus varian Delta COVID-19, menurut analis pasar.
Pejabat Federal Reserve AS akan menggelar pertemuan minggu depan, sementara pertemuan Bank Sentral Eropa pada Kamis waktu setempat.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 26 sen atau 1,04 persen, menjadi ditutup pada 25,255 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 10,1 dolar AS atau 0,95 persen, menjadi ditutup pada 1.075,30 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Ditreskrimsus Polda Sulawesi Utara gagalkan pengiriman 10 kg emas
Rabu, 24 April 2024 22:49 Wib
Thiery Henry: Prancis harus raih emas sepak bola Olimpiade 2024
Jumat, 12 April 2024 17:10 Wib
Harga emas Antam kembali naik
Rabu, 27 Maret 2024 10:34 Wib
WHDI bangun wanita cerdas menuju generasi emas
Senin, 4 Maret 2024 23:06 Wib
Harga emas Antam hari ini sekitar Rp1.132.000/gram
Selasa, 27 Februari 2024 9:50 Wib
Kemendag sebut perlu transformasi SDM UMKM menuju Indonesia Emas 2045
Minggu, 11 Februari 2024 23:15 Wib
Jelang final Piala Asia: Qatar vs Yordania, kejar tinta emas
Sabtu, 10 Februari 2024 6:36 Wib
Harga emas Antam sekitar Rp1,142 juta/gram
Selasa, 30 Januari 2024 9:16 Wib