Manado, 7/4 (AntaraSulut) - Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado Joubert Maramis mengatakan pembebasan visa bagi sejumlah negara akan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
"Kalau melihat keberhasilan suatu kebijakan seharusnya dilihat dari pertumbuhan akibat kebijakan tersebut, dan saya optimistis wisman akan bertumbuh dengan adanya pembebasan visa tersebut," kata Joubert, di Manado, Selasa.
Dia mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) setiap bulan wisatawan mancanegara rata-rata per bulan 700 ribu orang. Untuk tahun 2014 total wisman adalah 9.3 juta orang dan untuk tahun 2015 ditargetkan sebesar 10 juta orang.
"Pada Januari 2015 sudah sekitar 700 ribu lebih wisman yang berkunjung ke Indonesia, jadi jika target 10 juta saya yakin bisa tercapai sepanjang iklim wisata aman dan nyaman minimal seperti tahun yang lalu," jelasnya.
Jika diasumsikan pengeluaran turis asing 1.000 dolar Amerika Serikat per orang, maka dibutuhkan tambahan turis asing baru (selain reguler) yang datang ke Indonesia sebanyak satu juta orang di tahun 2015 atau ketambahan sekitar 80 ribu sampai 90 ribu per bulan akibat daya tarik bebas visa.
"Saya kira target ini bisa tercapai. Karena tambahan sekitar 15 persen dari kondisi reguler," jelasnya.
Untuk mencapai target tersebut maka perlu ditunjang oleh berbagai event budaya skala domestik dan internasional yang dilakukan di Indonesia.
"Saat ini saya melihat upaya-upaya pemerintah pusat dan daerah perlu dioptimalkan lagi. Pemerintah daerah sebaiknya lebih peduli untuk kembangkan potensi wisata daerahnya dengan kerjasama dengan pemerintah pusat," jelasnya.
Pemerintah daerah, katanya, kurang profesional mengembangkan wisata daerah karena aspek pembiayaan dan konsistensi promosi.
Di lapangan objek wisata yang dikelola oleh pemda terkesan tidak berkembang dengan profesional dan tidak terurus. Harus ada kerjasama dengan swasta profesional untuk kembangkan objek wisata tersebut agar berkembang dan mendapatkan PAD," jelasnya.
Disamping itu, katanya, investasi daerah di sektor pariwisata masih sangat minim dan terkesan berjalan apa adanya, tidak ada sentuhan bisnis profesional disana.
"Sudah saatnya pemda, pemerintah pusat, pebisnis, akademisi, tour dan travel domestik dan nasional serta internasional untuk duduk satu meja dan membahas strategi kepariwisataan di Indonesia," jelasnya.
Dia mengatakan Kawasan Timur Indonesia selain Bali, banyak potensi dan wisata unik yang disukai wisatawan luar negeri.
Selain itu aspek stabilitas politik, keamanan dan perkembangan produk-produk budaya juga mempengaruhi iklim wisata di Indonesia.
"Saya yakin jika strategi ini dilakukan maka tambahan devisa sebesar 1 milliar dolar AS di tahun 2015 dapat dilampaui. Akibat kebijakan bebas devisa tersebut," pungkasnya.***3***
(T.KR-NCY/B/B015/B015) 07-04-2015 18:14:03
Berita Terkait
Akademisi: Erupsi Gunung Ruang berdampak pada PE Sulut
Senin, 22 April 2024 11:51 Wib
Stafsus Menko Perekonomian: Pergerakan ekonomi saat mudik capai Rp386 triliun
Minggu, 7 April 2024 18:49 Wib
Pembukaan rute baru maskapai tingkatkan ekonomi-pariwisata Sulut
Minggu, 7 April 2024 8:24 Wib
Wapres Ma'ruf : Semboyan kemajemukan Sulut sejalan prinsip EKSyar
Kamis, 4 April 2024 19:18 Wib
Wapres: Perluas pembiayaan UMKM dan bisnis pesantren
Kamis, 4 April 2024 17:38 Wib
BI: Penyaluran pembiayaan syariah di Sulut capai Rp1,3 triliun
Kamis, 4 April 2024 17:37 Wib
Wapres luncurkan KHAS-HVC Ponpes di Sulawesi Utara
Kamis, 4 April 2024 13:58 Wib
Wapres ke Manado saksikan pengukuhan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah
Rabu, 3 April 2024 20:35 Wib