Manado (ANTARA) - Para pemilik fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang lebih dikenal sebagai Faskes di Manado, akan mengambil langkah terkait masalah berkurangnya pasien BPJS dan pertambahan jumlah yang signifikan di Kimia Farma, setelah hasil koordinasi BPJS Manado dengan pusat keluar.
"Kami masih menunggu hasil koordinasi Manado dengan pusat, jika tidak selesai, kami sudah punya langkah yang akan dilaksanakan," Kata Ketua asosiasi klinik PKFI (Perhimpunan klinik dan Faskes Indonesia) wilayah Sulut, di Manado, Kamis.
Suyanto Yusuf mengatakan, memang karena hal tersebut, para anggota PKFI sudah menyampaikan sejumlah usulan, untuk menyelesaikan masalah tersebut secara langsung, seperti membawa masalah itu ke ranah hukum, dengan melapor ke polisi atau minimal ke ombudsman.
Tetapi dia mengatakan, mereka masih berusaha bersabar dengan menunggu hasil pertemuan dan koordinasi antara BPJS Manado dengan pusat, sehingga ada kejelasan akan dibawa kemana laporannya.
"Jadi kami masih menunggu hasil dari koordinasi mereka, sesuai janji yang disampaikan BPJS Kesehatan saat masalah difasilitasi di DPRD awal pekan ini," kata Suyanto.
Namun dia mengakui memang berbagai desakan terus disampaikan anggota PKFI, agar masalah tersebut segera diusut dan dicari siapa dalangnya, karena sudah menyebabkan kerugian yang besar pada para pemilik Faskes di Manado.
Masalah kehilangan pasien di sejumlah Faskes di Manado memang baru mencuat pekan pertama bulan ini, karena jumlah dana kapitasi yang diterima sejumlah pemilik FKTP turun sangat drastis sehingga mereka mencari tahu.
Berawal dari situlah, maka para pemilik FKTP itu menelusuri dan saling bertukar informasi, dalam grup khusus yang dibuat, sehingga kemudian menemukan pertambahan jumlah pasien yang sangat signifikan di kimia farma.
Masalah itu kemudian diadukan ke DPRD dan dibahas dalam rapat dengar pendapat, di komisi IV yang dipimpin Lily Walanda, dan dihadiri serta dipantau langsung ketua DPRD, Aaltje Dondomambey, wakil Noortje Van Bone dan Adrey Laikun.
Dalam pertemuan tersebut, Suyanto Yusuf selaku Ketua asosiasi klinik PKFI (Perhimpunan klinik dan Faskes indonesia) wilayah Sulut, secara terang-terangan menyatakan kalau berkurangnya pasien BPJS mereka secara drastis karena terjadinya pertambahan di Kimia Farma yang signifikan.
Meskipun saat itu, pihak PT Kimia Farma yang diwakili Yunus Bugis, tetap menolak kalau mereka melakukan kecurangan, karena mengatakan data yang disampaikan oleh para pemilik Faskes itu tidak jelas.
Apalagi saat itu, mencuat fakta bahwa kepindahan pasien yang tak diketahui oleh yang bersangkutan hanya bisa dilakukan oleh BPJS kesehatan, sehingga membuat para pemilik FKTP mencurigai ada sesuatu antara BPJS kesehatan cabang utama Manado dengan PT Kimia Farma.
Meskipun memang ada juga fakta yang menyebutkan, bahwa peserta BPJS kesehatan yang sudah mengunduh aplikasi BPJS mobile, bisa juga memindahkan sendiri faskes-nya, tetapi rata-rata pasien yang datang ke FKTP mengakui tidak tahu kenapa pindah dan bingung bagaimana bisa pindah tanpa diketahui.
Berita Terkait
Pemprov dan BSG digitalisasi pembayaran retribusi kesehatan di Sulut
Rabu, 3 April 2024 19:46 Wib
Ahli kesehatan: Penderita ginjal kronis hati-hati pilih olahraga
Rabu, 27 Maret 2024 17:06 Wib
Wabah DBD meningkat, giatkan edukasi kesehatan publik
Selasa, 26 Maret 2024 13:31 Wib
Pemprov Sulut bersama Kemenkes teken MoU tingkatkan layanan kesehatan
Jumat, 22 Maret 2024 4:17 Wib
BPJS Kesehatan Manado memastikan mutu layanan mudah, cepat dan setara
Rabu, 20 Maret 2024 23:41 Wib
Pola makan ideal untuk menjaga organ ginjal tetap sehat
Selasa, 19 Maret 2024 11:40 Wib
Ingin tahu masalah penyakit di tubuh, pantau urin anda
Selasa, 19 Maret 2024 6:32 Wib
Perdani-Kemenkes teliti kondisi kesehatan mata pelajar SD di Sulut
Senin, 18 Maret 2024 21:24 Wib