ADB bantu pulau-pulau di Pasifik
Nadi, Fiji (ANTARA) - Bank Pembangunan Asia (ADB) akan memperluas dukungan untuk membantu pulau-pulau Pasifik membangun ketahanan yang lebih kuat terhadap guncangan ekonomi global, bencana, dan perubahan iklim, Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan pada pembukaan Pertemuan Tahunan ke-52 Dewan Gubernur ADB di Fiji, Rabu.
Berbicara kepada Gubernur Negara Anggota Berkembang (DMC) Pasifik, Nakao mengatakan bahwa Pertemuan Tahunan di Fiji adalah peristiwa "bersejarah", karena ini adalah yang pertama diadakan di DMC Pasifik dan datang pada waktu yang penting bagi subregional.
"Kami sekarang memiliki kesempatan untuk menyoroti tantangan pembangunan yang unik dan kemajuan pembangunan yang signifikan di seluruh wilayah," kata dia melalui siaran persnya. “Selama Pertemuan Tahunan ini, pesan utama yang ingin saya sampaikan kepada Anda, serta bersama Gubernur lainnya, mitra pembangunan, sektor swasta, dan masyarakat sipil, adalah bahwa ADB meningkatkan operasi kami di Pasifik."
Nakao juga mengambil kesempatan untuk memberi selamat kepada Niue karena telah menjadi anggota ADB yang ke-68. Negara pulau itu secara resmi bergabung dengan ADB pada Maret, menjadikannya DMC ke-15 ADB dari pulau-pulau Pasifik.
Menteri Keuangan, Perbankan, dan Layanan Pos Republik Kepulauan Marshall, Brenson Wase, ikut memimpin pertemuan dan mendesak mitra-mitra internasional untuk bekerja dengan DMC di wilayah tersebut guna melindungi kesehatan Samudera Pasifik, membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana, serta mengatasi kendala isolasi geografis dan populasi yang tersebar.
"Terlepas dari tantangan ini dan lainnya, pembangunan di Pasifik berlanjut," Wase menjelaskan pada pertemuan tersebut. "Orang-orang kami hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif dibandingkan dengan ketika setiap negara bergabung dengan ADB."
Nakao menguraikan lima bidang dukungan ADB yang diperluas untuk negara-negara kepulauan Pasifik.
Pertama, di bawah Strategi ADB 2030, ADB akan memperkenalkan pendekatan berbeda untuk bantuan pembangunan di negara-negara pulau kecil dan negara-negara dengan situasi rapuh serta terkena dampak konflik. Ini mencakup bidang-bidang utama seperti perubahan iklim, manajemen risiko bencana, persiapan proyek, pengadaan, dan pembangunan kapasitas di seluruh wilayah.
Kedua, ADB meningkatkan bantuan keuangannya untuk Pasifik. Dalam tiga tahun terakhir (2016–2018), total komitmen pinjaman dan hibah berjumlah 1,5 miliar dolar AS dibandingkan dengan 700 juta dolar AS dalam tiga tahun sebelumnya (2013-2015).
Dukungan para donor berkontribusi pada peningkatan Dana Pembangunan Asia (ADF), memberikan pembiayaan hibah kepada DMC berpenghasilan terendah. Alokasi basis tahunan meningkat dari 6 juta dolar AS menjadi 13 juta dolar AS untuk tahun 2019 dan 2020, suatu dorongan penting dalam pembiayaan lunak untuk banyak negara di Pasifik.
Ketiga, ADB secara aktif memobilisasi pembiayaan bersama dalam perubahan iklim, dan merupakan penggerak terbesar dana untuk Pasifik dari Dana Iklim Hijau, yang darinya ADB telah mendapatkan lebih dari 130 juta dolar AS dana hibah.
Keempat, Nakao mengatakan ADB juga akan melakukan lebih banyak untuk mempromosikan inovasi di Pasifik. Departemen Pasifik ADB memelopori penggunaan jalur kredit kontinjensi untuk menyediakan pembiayaan bagi upaya-upaua merespon dan pemulihan segera setelah bencana.
ADB juga bekerja dengan DMC Pasifik untuk merancang proyek-proyek inovatif untuk energi terbarukan, sistem pasokan air, program vaksinasi regional, serta untuk memperkenalkan aplikasi TIK baru dalam e-health, e-education, dan e-governance.
Untuk membantu menarik pembiayaan swasta, penggunaan inovatif jaminan di bawah Program Energi Terbarukan Pasifik ADB yang baru, yang disetujui pada April, akan mengurangi risiko investasi untuk produsen listrik independen di kawasan ini.
Kelima, ADB memperluas kehadiran fisiknya di pulau-pulau Pasifik, kata Nakao. Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 25 posisi staf baru telah dialokasikan ke Departemen Pasifik di kantor pusat, di kantor lapangan, dan di kantor baru di 11 DMC Pasifik.
Nakao menyoroti perlunya memperkuat kemitraan ADB dengan mitra pembangunan utama seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, Uni Eropa, Bank Dunia, dan Forum Kepulauan Pasifik.
ADB berkomitmen untuk mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, sembari mempertahankan upayanya untuk memberantas kemiskinan ekstrem. Pada 2018, pihaknya membuat komitmen pinjaman baru dan hibah sebesar 21,6 miliar dolar AS.
Berbicara kepada Gubernur Negara Anggota Berkembang (DMC) Pasifik, Nakao mengatakan bahwa Pertemuan Tahunan di Fiji adalah peristiwa "bersejarah", karena ini adalah yang pertama diadakan di DMC Pasifik dan datang pada waktu yang penting bagi subregional.
"Kami sekarang memiliki kesempatan untuk menyoroti tantangan pembangunan yang unik dan kemajuan pembangunan yang signifikan di seluruh wilayah," kata dia melalui siaran persnya. “Selama Pertemuan Tahunan ini, pesan utama yang ingin saya sampaikan kepada Anda, serta bersama Gubernur lainnya, mitra pembangunan, sektor swasta, dan masyarakat sipil, adalah bahwa ADB meningkatkan operasi kami di Pasifik."
Nakao juga mengambil kesempatan untuk memberi selamat kepada Niue karena telah menjadi anggota ADB yang ke-68. Negara pulau itu secara resmi bergabung dengan ADB pada Maret, menjadikannya DMC ke-15 ADB dari pulau-pulau Pasifik.
Menteri Keuangan, Perbankan, dan Layanan Pos Republik Kepulauan Marshall, Brenson Wase, ikut memimpin pertemuan dan mendesak mitra-mitra internasional untuk bekerja dengan DMC di wilayah tersebut guna melindungi kesehatan Samudera Pasifik, membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana, serta mengatasi kendala isolasi geografis dan populasi yang tersebar.
"Terlepas dari tantangan ini dan lainnya, pembangunan di Pasifik berlanjut," Wase menjelaskan pada pertemuan tersebut. "Orang-orang kami hidup lebih lama, lebih sehat, dan lebih produktif dibandingkan dengan ketika setiap negara bergabung dengan ADB."
Nakao menguraikan lima bidang dukungan ADB yang diperluas untuk negara-negara kepulauan Pasifik.
Pertama, di bawah Strategi ADB 2030, ADB akan memperkenalkan pendekatan berbeda untuk bantuan pembangunan di negara-negara pulau kecil dan negara-negara dengan situasi rapuh serta terkena dampak konflik. Ini mencakup bidang-bidang utama seperti perubahan iklim, manajemen risiko bencana, persiapan proyek, pengadaan, dan pembangunan kapasitas di seluruh wilayah.
Kedua, ADB meningkatkan bantuan keuangannya untuk Pasifik. Dalam tiga tahun terakhir (2016–2018), total komitmen pinjaman dan hibah berjumlah 1,5 miliar dolar AS dibandingkan dengan 700 juta dolar AS dalam tiga tahun sebelumnya (2013-2015).
Dukungan para donor berkontribusi pada peningkatan Dana Pembangunan Asia (ADF), memberikan pembiayaan hibah kepada DMC berpenghasilan terendah. Alokasi basis tahunan meningkat dari 6 juta dolar AS menjadi 13 juta dolar AS untuk tahun 2019 dan 2020, suatu dorongan penting dalam pembiayaan lunak untuk banyak negara di Pasifik.
Ketiga, ADB secara aktif memobilisasi pembiayaan bersama dalam perubahan iklim, dan merupakan penggerak terbesar dana untuk Pasifik dari Dana Iklim Hijau, yang darinya ADB telah mendapatkan lebih dari 130 juta dolar AS dana hibah.
Keempat, Nakao mengatakan ADB juga akan melakukan lebih banyak untuk mempromosikan inovasi di Pasifik. Departemen Pasifik ADB memelopori penggunaan jalur kredit kontinjensi untuk menyediakan pembiayaan bagi upaya-upaua merespon dan pemulihan segera setelah bencana.
ADB juga bekerja dengan DMC Pasifik untuk merancang proyek-proyek inovatif untuk energi terbarukan, sistem pasokan air, program vaksinasi regional, serta untuk memperkenalkan aplikasi TIK baru dalam e-health, e-education, dan e-governance.
Untuk membantu menarik pembiayaan swasta, penggunaan inovatif jaminan di bawah Program Energi Terbarukan Pasifik ADB yang baru, yang disetujui pada April, akan mengurangi risiko investasi untuk produsen listrik independen di kawasan ini.
Kelima, ADB memperluas kehadiran fisiknya di pulau-pulau Pasifik, kata Nakao. Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 25 posisi staf baru telah dialokasikan ke Departemen Pasifik di kantor pusat, di kantor lapangan, dan di kantor baru di 11 DMC Pasifik.
Nakao menyoroti perlunya memperkuat kemitraan ADB dengan mitra pembangunan utama seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, Uni Eropa, Bank Dunia, dan Forum Kepulauan Pasifik.
ADB berkomitmen untuk mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, sembari mempertahankan upayanya untuk memberantas kemiskinan ekstrem. Pada 2018, pihaknya membuat komitmen pinjaman baru dan hibah sebesar 21,6 miliar dolar AS.