Manado (ANTARA) - Di ujung utara Indonesia terbentang sebuah wilayah yang memikat hati siapa pun yang datang, itulah Sulawesi Utara, provinsi yang dianugerahi potensi alam luar biasa, yang tak hanya indah dipandang tetapi juga mampu menghidupi masyarakat dan mendorong roda ekonomi daerah.
Kota Manado, dengan teluknya yang tenang, menjadi gerbang utama menuju petualangan tanpa akhir di daerah "Nyiur Melambai" tersebut.
Di laut lepas, hamparan biru tak berujung menyimpan kekayaan ikan tuna, cakalang, hingga hasil laut bernilai ekspor tinggi. Nelayan di Bitung dan Likupang sejak dini hari berlayar, membawa pulang rezeki yang menjadi tulang punggung dapur, sekaligus menyuplai kebutuhan pasar dalam dan luar negeri.
Industri perikanan berkembang, membuka lapangan kerja, dan menjadikan Sulut salah satu pintu gerbang ekonomi maritim Indonesia.
Naik ke daratan, lahan subur di Minahasa, Tomohon, dan Bolaang Mongondow bagaikan lumbung pangan.
Petani menanam cengkeh, pala, kelapa, dan vanili sebagai rempah-rempah yang sejak dulu dikenal dunia. Ditambah dengan komoditas cabai, tomat, dan padi, tanah Sulut menjadi sumber penghidupan sekaligus pilar ketahanan pangan daerah.
Tak hanya laut dan pertanian, Sulut juga diberkati pesona pariwisata alam.
Bunaken dengan dunia bawah lautnya memikat wisatawan mancanegara, Tomohon dengan keindahan gunung dan danau vulkaniknya menjadi surga bagi pencinta alam, sementara Likupang yang masuk dalam destinasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) super prioritas menawarkan pantai eksotis berkelas dunia.
Dari pariwisata, lahirlah peluang baru yakni usaha homestay, kuliner, transportasi, hingga kerajinan lokal yang memberi nafkah bagi banyak keluarga.
Di balik semua itu, masyarakat Sulawesi Utara tumbuh dengan budaya kerja keras dan keramahan yang membuat siapa pun betah untuk tinggal.
Alam memberi, manusia mengolah, dan hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang semakin terasa dari desa hingga kota.
Tak heran, siapa pun yang pernah menginjakkan kaki di Sulawesi Utara akan membawa pulang kenangan indah dan kerinduan untuk kembali menikmati surga tropis di ujung utara Indonesia ini.
Di bawah kepemimpinan Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus dan Wakil Gubernur Victor Mailangkay, menegaskan pentingnya kekompakan dan semangat bergandengan tangan dalam membangun daerah.
Langkah pertama yang mereka tuju adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ibarat mengasah permata, setiap generasi Sulut dipersiapkan dengan pendidikan, keterampilan, dan karakter yang unggul agar mampu menghadapi arus globalisasi yang semakin digital.
Kemudian, mereka berkomitmen membangun perekonomian daerah. Dari laut yang kaya, lahan pertanian subur, hingga pariwisata berkelas dunia, semua dikelola bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk keberlanjutan generasi mendatang.
Tak berhenti di situ, Sulut bertekad memperkuat daya saing daerah dan internasional. Artinya, produk lokal, pariwisata, dan inovasi yang lahir dari daerah ini harus mampu berbicara di pasar global.
Di atas fondasi itu, mereka berupaya meningkatkan ketahanan pangan, energi, dan air, tiga kebutuhan dasar yang dijaga agar merata, lestari, dan bisa menghidupi seluruh masyarakat.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Provinsi Sulut menapaki jalan dengan misi yang lebih membumi. Mereka ingin memperbaiki tata kehidupan masyarakat yakni menciptakan suasana tertib, aman, nyaman, namun tetap menjaga nilai-nilai budaya yang berakar pada kearifan lokal seluruh etnis yang ada.
Mereka juga berkomitmen meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik. Seperti kapal yang membutuhkan arah jelas, birokrasi harus bersih, transparan, dan melayani, bukan sekadar mengatur.
Dan akhirnya, membangun sistem pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan. Setiap rupiah yang dikelola harus jelas manfaatnya, kembali pada rakyat, dan digunakan untuk pembangunan yang nyata.
Dengan visi dan misi itu, Sulawesi Utara bukan hanya melangkah, tetapi berlari menuju masa depan, menjadi daerah yang kuat, berdaya saing, sejahtera, dan tetap berakar pada budaya lokal yang kaya.
Kepala Biro Perekonomian Sulawesi Utara Reza Dotulung menjelaskan perekonomian Sulut tahun lalu naik 5,39 persen dan tahun ini bahkan mencapai 5,48 persen serta berada di atas rata-rata angka nasional yang hanya 5,12 persen, itu artinya makin banyak usaha yang berjalan, makin banyak peluang terbuka di Daerah Nyiur Melambai ini.
Tapi masih ada PR besar. Tingkat kemiskinan September 2024 masih 6,70 persen. Masih ada keluarga yang sulit memenuhi kebutuhan dasar, namun pemerintah memastikan pertumbuhan ekonomi itu benar-benar dirasakan semua orang, bukan hanya sebagian saja.
Meski tingkat pengangguran terbuka masih 5,98 persen,namun pemerintah dan swasta sedang membuka banyak lapangan kerja baru. Dengan teknologi, pariwisata, pertanian, dan perikanan yang berkembang, peluang untuk generasi muda makin luas di Sulut.
Menurut Pakar Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Joy Tulung diperkirakan perekonomian Sulut mulai bergerak dinamis dan semakin terbuka ke depan, di bawah kepemimpinan Gubernur Yulius Selvanus dan Wakil Gubernur Victor Mailangkay.
Sejak awal, Yulius-Victor menegaskan visinya menjadikan Sulut sebagai daerah maju, sejahtera, dan berkelanjutan dengan posisi strategis di “Gerbang Pasifik.” Program andalan seperti Sulut Sehat, Sulut Cerdas, Sulut Maju Ekonomi, hingga Sulut Terhubung menjadi penanda arah pembangunan lima tahun ke depan.
Artinya, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang dikejar, tetapi juga peningkatan kualitas hidup masyarakat lewat layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang merata, infrastruktur yang kuat, dan ekonomi lokal yang semakin tangguh.
Potensi yang dimiliki Sulut memang sangat besar, laut yang kaya menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu motor utama pertumbuhan, dengan hasil tangkapan seperti tuna dan cakalang yang punya pasar ekspor luas.
Di sisi lain, pariwisata berbasis alam dan budaya dari Bunaken, Likupang, Lembeh hingga Tomohon terus berkembang sebagai magnet bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Pertanian juga tetap menjadi pilar penting, dengan komoditas kelapa, pala, cengkeh, dan jagung yang bisa diperkuat melalui teknologi modern dan dukungan koperasi desa.
Sementara itu, ribuan UMKM dan pelaku ekonomi kreatif di Sulut berpeluang semakin maju ketika dipadukan dengan digitalisasi, membuka akses pasar nasional hingga global.
Potensi lain yang tidak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur dan konektivitas, baik jalan, pelabuhan, bandara maupun rencana kereta api, yang akan mempercepat arus barang, memperluas akses wisata, dan meningkatkan minat investor.
Namun, peluang besar ini tidak datang tanpa tantangan, keterbatasan anggaran tetap menjadi pekerjaan rumah, karena sebesar apa pun visi dan program yang dicanangkan akan sulit terwujud tanpa dukungan fiskal yang kuat.
Disparitas pembangunan juga masih nyata, di mana wilayah Manado dan sekitarnya relatif maju sementara banyak pulau dan daerah pedalaman tertinggal dari segi akses internet, listrik, dan layanan dasar.
Di samping itu, kata Ketua ISEI Cabang Manado ini, kualitas sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan, terutama untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing di era digital dan industri pariwisata global. Iklim investasi pun harus dijaga dengan regulasi yang sederhana, transparan, dan ramah bagi investor, tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat lokal.
Sementara itu, isu lingkungan tidak boleh diabaikan. Pertumbuhan ekonomi yang terlalu berorientasi pada eksploitasi sumber daya bisa mengancam ekosistem laut, hutan, dan sumber air, padahal keberlanjutan justru menjadi daya tarik utama Sulut di mata wisatawan maupun investor hijau.
Dengan segala potensi yang dimiliki dan tantangan yang dihadapi, kunci keberhasilan pembangunan Sulut di era Yulius-Victor terletak pada konsistensi menjalankan program prioritas, penguatan tata kelola pemerintahan yang bersih, serta kemauan untuk melibatkan masyarakat dan swasta dalam setiap langkah pembangunan.
Jika semua ini berjalan seiring, Sulut bukan hanya mampu tumbuh di atas rata-rata nasional, tetapi juga berpeluang tampil sebagai motor baru pembangunan kawasan timur Indonesia dan menjadi contoh nyata bagaimana sebuah daerah bisa tumbuh inklusif sekaligus berkelanjutan.
Menuju 5 Tahun
Tim Pakar Ekonomi Gubernur-Wagub Sulut, Ivanry Matu menjelaskan Usia ke-61 Provinsi Sulawesi Utara adalah momentum refleksi sekaligus penentuan arah pembangunan ekonomi.
Setiap periode kepemimpinan gubernur selalu meninggalkan jejak khas, dari pembangunan infrastruktur dasar, eksploitasi sumber daya alam, diversifikasi sektor perikanan dan pariwisata, hingga penguatan kelembagaan fiskal.
Kini, di bawah kepemimpinan Gubernur Yulius Selvanus, Sulut menghadapi tantangan sekaligus peluang untuk mengubah potensi besar menjadi kesejahteraan nyata.
Tantangan global seperti perubahan iklim dan dinamika geopolitik memang nyata. Namun Sulut punya modal, yakni posisi strategis di bibir Pasifik, sumber daya alam melimpah, stabilitas politik, serta perhatian penuh dari pemerintah pusat.
Dengan arah kebijakan yang konsisten, BUMD yang kuat, serta fokus pada green-blue economy dan ekspor, Sulut bisa melompat lebih jauh. Pertumbuhan PAD, turunnya angka kemiskinan, dan meningkatnya daya saing ekspor bukanlah sekadar cita-cita, melainkan target realistis.
Usia ke-61 harus menjadi tonggak bahwa Sulawesi Utara tidak hanya bertahan, tetapi siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia Timur dan kawasan Pasifik.
Sulawesi Utara bukan sekadar daerah dengan keindahan alam, tetapi rumah dari potensi yang mampu menumbuhkan ekonomi berkelanjutan. Dari laut, tanah, hingga pariwisata, semuanya bersatu membentuk harmoni yang memberi kehidupan dan masa depan cerah bagi generasi mendatang.

