Manado (ANTARA) - Pakar Konsultan Infeksi dan penyakit  tropis Dr. dr. Suryadi Nicolaas Napoleon Tatura, Sp. A (K)  mengatakan orang yang berkontak dengan pasien yang masuk kategori Orang Dalam Pemantauan (ODP) seharusnya dideteksi lebih dini guna mencegah penyebaran Covid-19.

*Data dan fakta yang ada saat ini tidak sesuai dengan teori kecepatan transmisi sebuah penyebaran  virus SAR Cov-2 dimana virus ini sangat contangious atau sangat menular dan memiliki cara penularan yang unik, karena itu ODP dan mereka yang berkontak harus diperiksa cepat," kata Dr. Tatura, di Manado, Sabtu. 

Anggota American Society of Tropical Medicine and Hygiene (ASTMH) dan anggota European Society Pediatric Infection Disease (ESPID) itu mengatakan,  penularan yang unik itu adalah dapat melalui droplet (percikan ludah atau bersin) dan dapat bertahan di udara 3 jam. 

"Kemudian, di bahan-bahan terbuat kayu dan kaca seperti meja dan pegangan tangga selama empat hari," katanya. 

Menurut Tatura,  diperkirakan harusnya kalau ada satu orang positif dan tidak diisolasi, maka dapat menularkan lebih dari minimal empat orang.

"Tergantung seberapa banyak orang yang kontak erat yaitu berjarak satu meter bahkan beberapa literature mengatakan sampai 1,8 meter," kata Dr Didi sapaan akrabnya. 

Karena itu, dia mengatakan  sebaiknya, ODP  dan kontak erat harusnya diperiksa supaya deteksi lebih dini. 

Dia mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan deteksi atau uji virus corona Covid-19 melalui a real-time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dilanjutkan sequencing untuk mengonfirmasi diagnosis infeksi Covid-19.

" Di RSUP Kandou, Manado sudah memiliki  RT-PCR yang dahulu sudah pernah digunakan saat terjadi pandemi flu burung," katanya. 

Alat tersebut, katanya,  dapat juga dipakai untuk mendeteksi Covid-19 bila dimaksimalkan dengan menyediakan primer dan reagen yang dibutuhkan, apalagi kalau disupervisi langsung oleh Litbangkes yang sudah berpengalaman dalam pemeriksaan ini. 

"Alat yang lebih sederhana adalah Gen expert yang juga sudah dimiliki oleh Sulut. Bisa dimaksimalkan, jadi tidak semata mata mengandalkan SDM dan alat dari pusat atau Jakarta seperti selama ini dilakukan," jelasnya.

Solusinya, dikatakan Dr Didi dengan memaksimalkan segala potensi baik sumber daya dan sarana prasarana lintas sektoral di Sulut dapat meningkatkan keakuratan jumlah orang positif dan pemetaan secara epidemiologi daerah terjangkit. 

Sehingga akan meningkatkan pula ketepatan strategi kebijakan Pemerintah di Sulut dan Nasional untuk memerangi COVID 19 ini. 

Dan selanjutnya dapat menilai apakah sudah saatnya dilakukan Lockdown atau tidak. Lockdown bisa dilakukan seperti di Italy dan Perancis  dimana masyarakat masih bisa keluar rumah dengan izin aparat, begitu juga toko-toko yang menyediakan kebutuhan pokok tetap diijinkan dibuka. 

"Yang paling ektrem seperti dilakukan di  kota Wuhan, China dimana masyarakat benar benar tidak bisa keluar dari rumahnya, jika sudah tergolong daerah resiko sangat tinggi," katanya. 

Dia mengatakan  jika deteksi dini ini menjadi sebuah kebijakan, tentu akan  bisa mempercepat pimpinan daerah dalam hal ini gubernur untuk mengambil kebijakan strategis yang diperlukan.  

Disisi lain dia mengingatkan penderita yang tidak bergejala akan menjadi  seperti fenomena gunung es. Ketika  terlambat dideteksi akan menyebabkan lonjakan yang tak terkendali.

"Jangan panik yang penting higienitas diri, sanitasi lingkungan dan social dinstance sesuai anjuran pemerintah," katanya. 

Pewarta : Joyce Hestyawatie B
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024