"Produksi padi pada 2023 yaitu sebanyak 238,19 ribu ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 5,54 ribu ton atau 2,27 persen dibandingkan produksi padi pada 2022 yang sebesar 243,73 ribu ton GKG," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Asim Saputra, di Manado, Sabtu.
Dia mengatakan produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 133,85 ribu ton, mengalami penurunan sebanyak 3,11 ribu ton atau 2,27 persen dibandingkan produksi beras pada 2022 yang sebanyak 136,96 ribu ton.
Ia mengatakan untuk luas panen padi pada 2023 mencapai sekitar 54,56 ribu hektare, mengalami penurunan sebesar 3,63 ribu hektare atau 6,24 persen dibandingkan luas panen padi pada 2022 yang sebesar 58,20 ribu hektare.
Dia menjelaskan penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2023 terjadi di beberapa wilayah seperti Kotamobagu, Minahasa, dan Minahasa Utara.
Di sisi lain, katanya, beberapa kabupaten/kota mengalami peningkatan produksi padi yang cukup besar, misalnya Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, dan Bolaang Mongondow Selatan.
Asim menjelaskan tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2023 adalah Bolaang Mongondow 134,66 ribu ton GKG, Minahasa 32,17 ribu ton GKG, dan Bolaang Mongondow Utara 19,19 ribu ton GKG.
Berdasarkan potensi produksi padi pada awal tahun 2024, kata Asim, beberapa kabupaten/kota dengan potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada Januari hingga April 2024 adalah Bolaang Mongondow 48,80 ribu ton GKG, Bolaang Mongondow Utara 48,80 ribu ton GKG, dan Minahasa 8,73 ribu ton GKG.
Pada Januari 2024, katanya, produksi beras diperkirakan sebanyak 9,18 ribu ton beras, dan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2024 ialah sebesar 36,55 ribu ton.
Dengan demikian, katanya, potensi produksi beras pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 45,74 ribu ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 7,20 ribu ton (18,69 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada Januari−April 2023 yang sebesar 38,53 ribu ton beras.