Sumatera Selatan (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumatera Selatan (Sumsel) melaporkan temuan ternak yang bergejala klinis terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di daerah ini.
Ketua PDHI Sumsel Jafrizal di Palembang, Rabu, mengatakan ternak seperti sapi yang ditemukan mengalami gejala klinis PMK tersebut, di Kelurahan Margarejo, Kota Lubuk Linggau, beberapa hari yang lalu.
Ilustrasi- air liur sapi (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)
Beberapa gejala klinis terhadap ternak tersebut, antara lain mengalami hipersalivasi saliva atau air liur menggantung dan berbusa di lantai kandang, pembengkakan kelenjar submandibular, vesikel lepuh dan atau erosi di sekitar mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar puting teracak, hingga demam tinggi mencapai 41 derajat Celsius dan hewan lebih sering berbaring.
“Baru temuan gejala klinis (PMK, red.) yang ada di Kota Lubuk Linggau, tapi belum ada konfirmasi laboratoriumnya,” kata dia.
Ia mengatakan uji laboratorium itu akan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat.
Menurutnya, Sumsel menjadi salah satu daerah yang terancam PMK pada ternak karena merupakan daerah transit yang mendatangkan sapi dari luar daerah, seperti terjadi di Provinsi Aceh terus menjalar ke Provinsi Sumatera Utara.
Dengan demikian, masyarakat khususnya kalangan peternak diimbau memperketat protokol pengendalian dan penanggulangan PMK yang sekaligus terawasi oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait.
“Jika menemukan ternak dengan gejala klinis PMK (lepuh di mulut dan kaki, red.) segera laporkan ke petugas atau aparat pemerintah, pastikan ternak rentan di daerah wabah untuk tetap di kandang (tidak dipindahkan/tidak ditransportasikan, red.),” kata dia.
Pengawasan lalu lintas ternak antarprovinsi dan kabupaten/kota melibatkan Dinas Perhubungan dan kepolisian.
Baca juga: Ketua DPRD: Mitra perlu Perda kesehatan hewan ternak
Baca juga: OJK dan BSG kucurkan KUR "Bohusami Ba Ternak" hingga Rp15 Miliar
Ketua PDHI Sumsel Jafrizal di Palembang, Rabu, mengatakan ternak seperti sapi yang ditemukan mengalami gejala klinis PMK tersebut, di Kelurahan Margarejo, Kota Lubuk Linggau, beberapa hari yang lalu.
Beberapa gejala klinis terhadap ternak tersebut, antara lain mengalami hipersalivasi saliva atau air liur menggantung dan berbusa di lantai kandang, pembengkakan kelenjar submandibular, vesikel lepuh dan atau erosi di sekitar mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar puting teracak, hingga demam tinggi mencapai 41 derajat Celsius dan hewan lebih sering berbaring.
“Baru temuan gejala klinis (PMK, red.) yang ada di Kota Lubuk Linggau, tapi belum ada konfirmasi laboratoriumnya,” kata dia.
Ia mengatakan uji laboratorium itu akan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat.
Menurutnya, Sumsel menjadi salah satu daerah yang terancam PMK pada ternak karena merupakan daerah transit yang mendatangkan sapi dari luar daerah, seperti terjadi di Provinsi Aceh terus menjalar ke Provinsi Sumatera Utara.
Dengan demikian, masyarakat khususnya kalangan peternak diimbau memperketat protokol pengendalian dan penanggulangan PMK yang sekaligus terawasi oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait.
“Jika menemukan ternak dengan gejala klinis PMK (lepuh di mulut dan kaki, red.) segera laporkan ke petugas atau aparat pemerintah, pastikan ternak rentan di daerah wabah untuk tetap di kandang (tidak dipindahkan/tidak ditransportasikan, red.),” kata dia.
Pengawasan lalu lintas ternak antarprovinsi dan kabupaten/kota melibatkan Dinas Perhubungan dan kepolisian.
Baca juga: Ketua DPRD: Mitra perlu Perda kesehatan hewan ternak
Baca juga: OJK dan BSG kucurkan KUR "Bohusami Ba Ternak" hingga Rp15 Miliar