Manado (ANTARA) - Balai Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Wilayah VI Makassar, menyelenggarakan Talkshow Penyuluhan Kehutanan 2025 Sulawesi Utara di Hotel Novotel, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Selasa (25/11).
Kegiatan ini dihadiri 80 peserta, yang terdiri dari 56 orang penyuluh kehutanan dan 24 orang undangan dari berbagai instansi kehutanan Sulawesi Utara.
Kegiatan juga dihadiri oleh Kepala Badan P2SDM Kementerian Kehutanan Indra Exploitasia, Kepala Pusat Penyuluhan Wahju Rudianto, Kepala Pusat Diklat Kehutanan Kusdamayanti, serta Kepala Pusat Generasi Pelestari Hutan Luckmi Purwandari.
Tiga narasumber utama yang memberikan insight dan motivasi kepada para penyuluh kehutanan Sulawesi Utara antara lain Kepala Badan P2SDM Indra Exploitasia dengan materi: 'Peningkatan Kapasitas SDM Penyuluh Kehutanan yang HEBAT (Handal, Empati, Berani, Adaptif, Tangguh) sebagai Fondasi Pembangunan Ekonomi KTH'.
Berikutnya, Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Rainier N. Dondokambey dengan materi 'Peran Pemerintah Daerah dalam Mendorong Nilai Transaksi Ekonomi KTH di Tingkat Tapak'; serta Komandan Detasemen Gegana Stenli Lungkang dengan materi 'Strategi Penanggulangan Konflik Masyarakat Sekitar Hutan Melalui Pendekatan Humanis'.
Bertindak sebagai moderator Abdul Latief Tasman, Kepala BPKH Wilayah VI Manado selaku korwil UPT Kementerian Kehutanan Sulawesi Utara.
Talkshow berjalan mengalir dan renyah diawali dengan pemaparan ketiga narasumber dan tanggapan moderator yang berusaha menggali materi yang dipaparkan dari sudut pandang lain.
Indra Exploitasia menekankan dua komponen penting dari kegiatan penyuluhan yaitu penyuluh dan yang disuluh.
Target penyuluhan yaitu masyarakat, merupakan komponen yang rentan konflik dan rawan menjadi pihak yang dapat dimasuki paham-paham terorisme.
“BP2SDM bekerja sama dengan Densus 88 mengatasi bibit-bibit konflik dan ancaman. Penyuluh sebagai garda terdepan harus dapat membangun dan meningkatkan rasa empati dan simpati dalam masyarakat sehingga filosofi penyuluh tidak hanya melakukan tindakan prefentif namun juga preemtif,” kata Indra Exploitasia.
Preemtif yang dimaksud adalah pencegahan yang bersifat antisipatif atau dini, dilakukan sebelum suatu masalah terjadi untuk mencegahnya secara total.
Pemaparan Stenli Lungkang tentang strategi penanggulangan konflik, mengamini apa yang dipaparkan Indra Exploitasia.
Sama-sama membahas tindakan preemtif, yang diimplementasikan melalui membangun komunikasi aktif dengan tokoh masyarakat dan tokoh adat serta edukasi bahwa melestarikan hutan berarti menjaga sumber air serta memastikan jaminan kehidupan anak cucu di masa depan.
“Pendekatan humanis dalam mengatasi setiap konflik dalam masyarakat harus dilakukan. Humanis bukan berarti lemah, namun tegas pada aturan, santun pada masyarakat,” ujar Stenli Lungkang.
Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Rainier N. Dondokambey dalam paparannya mengetengahkan keberhasilan penyuluh kehutanan Dinas dalam menghasilkan capaian NTE di wilayahnya masing-masing.
Dikatakan bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, penyuluh kehutanan Dinas Kehutanan Daerah Sulawesi Utara mampu menghasilkan NTE terbaiknya.
Dukungan dari Dinas selama ini berupa bantuan bagi kelompok tani berupa sarana prasarana pendukung kegiatan pembuatan gula cetak dan gula semut, kegiatan pengembangan HHBK, serta lainnya.
“Hanya satu kata yang dapat menggambarkan para penyuluh kehutanan Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Semangat!” tandas Rainier menutup paparannya.
Selain talkshow, pada kesempatan yang sama Balai P2SDM Wilayah VI juga menyelenggarakan Bimbingan Teknis Penginputan Nilai Transaksi Ekonomi KTH pada Aplikasi SIMLUH dengan fasilitator Indah Novita Dewi, penyuluh kehutanan pada Balai P2SDM Wilayah VI, dibantu oleh Siwi, penyuluh kehutanan pada Pusat Penyuluhan Kehutanan.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Balai P2SDM Wilayah VI Makassar ini mendapat sambutan hangat dari peserta yang mengharapkan kegiatan serupa dapat dilaksanakan secara rutin.
Selain itu, beberapa penyuluh kehutanan yang hadir menggunakan kesempatan temu penyuluh tersebut untuk menyampaikan beberapa kendala, misalnya adanya beberapa penyuluh yang belum mengikuti diklat pembentukan penyuluh dan meminta untuk difasilitasi.
Kepala Balai P2SDM Wilayah VI Makassar, Kamaruddin, menjanjikan akan memetakan kebutuhan pelatihan, sebagai wujud kontribusi Balai P2SDM Wilayah VI dalam meningkatkan kapasitas penyuluh kehutanan di wilayah kerja, termasuk di Sulawesi Utara.

