Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut memasok cabai rawit dari Sulawesi Selatan (Sulsel) guna mengendalikan laju inflasi.
"Harus diakui stok cabai rawit di Sulut masih kurang, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan yang satu ini," kata Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut Renold Asri saat menjemput komoditi cabai rawit, di Bandara Sam Ratulangi Manado, Rabu.
Dia mengatakan apalagi menjelang Idul Adha 2024, pasti permintaan cabai rawit meningkat, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya memasok sebanyak 2 ton dari Sulsel.
Untuk saat ini harga cabai rawit di sentra perdagangan Kota Manado di kisaran Rp90ribu hingga Rp100 ribu per kilogram.
Kebijakan ini, kata Renold, merupakan wujud pemerintah hadir di tengah masyarakat.
Selain itu pihaknya ingin memastikan dapat berlebaran haji ataupun mengikuti kegiatan hari raya lainnya tanpa terkendala harga bawang, rica, dan tomat (barito).
Kepala Dinas Pangan Sulut Jemmy Lampus menjelaskan apabila dibutuhkan bisa saja TPID melakukan intervensi harga pasar. Langkah itu agar kebutuhan masyarakat di hari-hari besar dapat terpenuhi.
“Besok kita akan jual cabai dari Sulsel ini dengan harga Rp45 ribu per kilogram di gerakan pangan murah dan juga pasar tradisional," kata Lampus.
Dia mengatakan cabai rawit ini akan dijual di pasar tradisional oleh pedagang, namun tetap dalam pengawasan pemerintah dan Satgas Pangan.
"Pedagang harus menjual sesuai harga HET yang ditetapkan pemerintah," katanya.
Dia memprediksi harga cabai akan bergerak ke normal setelah Lebaran Idul Adha, apalagi terbantu dengan adanya satgas selalu turun mengawasi.*