Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Beeleonie, BMedSc, SpOG-KFER mengatakan penggunaan pil kontrasepsi hormonal dapat membantu meregulasi mood atau suasana hati menjadi lebih baik.
"Sebenarnya, penggunaan kontrasepsi itu bisa membantu meregulasi mood," kata Bee saat dihubungi ANTARA di Jakarta pada Selasa (28/6) malam.
"Pada pasien-pasien yang biasanya premenstrual syndrome atau PMS-nya berat sampai menyebabkan depresi, justru menggunakan pil kontrasepsi hormonal terutama dalam bentuk pil kontrasepsi kombinasi, itu justru membuat mood swing-nya menjadi semakin baik," lanjut dia.
Baca juga: BBPOM Manado mengajak masyarakat beli antibiotik gunakan resep dokter
Menurut Bee, hal tersebut karena saat PMS, pengurangan kadar hormon estrogen akan mempengaruhi kerja serotonin. Padahal, serotonin merupakan hormon penting yang berfungsi mengatur suasana hati.
"Hormon estrogen yang drop saat menstruasi bisa menyebabkan depresi, sama dengan ketika pasca melahirkan," jelas Bee.
Sehingga, lanjut dia, dengan mengonsumsi pil KB hormonal, maka akan menambah kadar estrogen dalam tubuh sehingga kerja serotonin menjadi normal kembali.
Meski demikian, Bee mengatakan penggunaan kontrasepsi hormonal juga bisa menyebabkan berbagai efek samping yang perlu diperhatikan.
Baca juga: Seorang oknum dokter di Kapuas Hulu terjerat penyalahgunaan narkoba
Bee menjelaskan, kontrasepsi hormonal terbagi menjadi dua yakni kontrasepsi yang mengandung kombinasi hormon progesteron dan estrogen, dan kontrasepsi yang hanya mengandung hormon progesteron murni.
Menurut dokter yang aktif memberikan edukasi kesehatan lewat akun Instagram @halodocbee itu, kontrasepsi yang mengandung progesteron murni seperti suntik KB 3 bulan biasanya dapat menyebabkan kenaikan berat badan, siklus haid menjadi tidak teratur, dan timbulnya jerawat.
Sementara itu, kontrasepsi yang mengandung kombinasi progesteron dan estrogen efek sampingnya tergantung dengan tipe pil kontrasepsi yang digunakan dan dosis hormonnya.
Oleh karena itu, Bee pun menyarankan untuk tidak sembarangan memilih kontrasepsi dan harus berkonsultasi dengan dokter kandungan. Menurut dia, bagi pasien yang gemuk, hipertensi, sering migran dan vertigo, misalnya, maka kontrasepsi hormonal bukan pilihan yang tepat.
"Biasanya, memang kita lakukan skrining terlebih dahulu ya. Misalnya kalau pasiennya sangat gemuk atau dia mengidap hipertensi, mungkin kontrasepsi hormonal ini bukan menjadi pilihan," ujar Bee yang kini berpraktik di RS Hermina Kemayoran itu.
Baca juga: Dokter spesialis sebut penggunaan masker lama munculkan penyakit kulit
"Jadi kita lihat dulu kondisi pasiennya seperti apa, cocoknya pakai kontrasepsi yang bagaimana. Jadi jangan ikut-ikutan teman saat memilih kontrasepsi. Harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan." pungkasnya.
Berita Terkait
BKKBN: Optimalisasi 'Kampung KB' percepat turunkan stunting di Boltim
Kamis, 29 Agustus 2024 18:29 Wib
BKKBN Sulut optimalkan Kampung KB percepat turunkan angka stunting
Kamis, 22 Agustus 2024 4:36 Wib
Pangdam pesan pengurus KB FKPPI Sulut jalankan amanah organisasi
Sabtu, 20 Juli 2024 5:03 Wib
BKKBN Sulut: Pelayanan KB ikut bantu turunkan prevalensi stunting
Minggu, 23 Juni 2024 7:07 Wib
Wawali Bitung harap program KB tingkatkan kualitas hidup masyarakat
Kamis, 16 Mei 2024 6:53 Wib
BKKBN Sulut jangkau daerah kepulauan untul perluas cakupan peserta KB
Jumat, 8 Maret 2024 21:01 Wib
'Pekan Pelayanan KB' di Sulut targetkan 8.000 akseptor
Selasa, 26 September 2023 20:28 Wib
BKKBN Sulut harap rumah sakit tingkatkan kwalitas layanan KB
Sabtu, 12 Agustus 2023 6:22 Wib