Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memandang pengendalian inflasi di Kota Manado dan Kota Kotamobagu masih akan dipengaruhi oleh pandemi COVID-19.
"Ke depan, pengendalian inflasi masih akan dipengaruhi oleh dinamika aktivitas ekonomi masyarakat. Berbagai upaya untuk menurunkan kurva kasus aktif COVID-19 di Sulawesi Utara menjadi kondisi prasyarat untuk mendorong kembali kenaikan aktivitas ekonomi," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat, di Manado, Rabu.
Arbonas mengatakan mski berisiko memberikan tekanan inflasi, peningkatan aktivitas diperlukan untuk menjaga permintaan dan mendorong pemulihan ekonomi daerah.
Adapun untuk tetap mengendalikan tekanan inlasi pada targetnya, Bank Indonesia memandang bahwa sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis.
Ketersediaan pasokan dan manajemen stok pangan akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan antar daerah dengan memanfaatkan sumber daya daerah yang berlebih.
Koordinasi lintas TPID kabupaten/kota terutama dengan TPID di wilayah produsen pangan termasuk implementasi kesepakatan Kerjasama Antar Daerah (KAD), penting diperkuat untuk mengantisipasi potensi permasalahan pasokan, distribusi maupun keterjangkauan harga secara dini.
Selain itu, katanya, sejalan dengan peningkatan anomali cuaca, antisipasi kenaikan harga komoditas yang relatif rentan seperti hortikultura dan perikanan perlu terus dioptimalkan antara lain melalui penguatan monitoring perubahan pasokan dan kelancaran
distribusi di sepanjang rantai pasok khususnya di kota Manado dan kota Kotamobagu.
Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara memandang meningkatnya tekanan inflasi di Kota Manado dan Kotamobagu menunjukan bahwa permintaan masih berjalan meski terjadi penurunan aktivitas sosial ekonomi.
Aktivitas ekonomi yang terus berada dalam tren positif sepanjang triwulan IV 2020 pada Januari 2021 terus menunjukan penurunan.
Pembatasan jam operasional dalam rangka
penanggulangan COVID-19 menurunkan tingkat aktivitas sosial ekonomi masyarakat Sulawesi
Utara.
Meski demikian, peningkatan tekanan inflasi yang terjadi memberikan indikasi bahwa
terdapat realisasi permintaan ditengah pasokan sebagian komoditas yang cenderung terbatas
sehingga memicu kenaikan harga.
Aktivitas sosial ekonomi masyarakat masih berpotensi meningkat sejalan dengan pengendalian pandemi yang lebih efektif ditunjang bergulirnya proses pemberian
vaksin. Peningkatan aktivitas tersebut tentu akan diiringi dengan peningkatan permintaan
masyarakat, sehingga kenaikan tekanan inflasi berpotensi terjadi kembali.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Norma Regar mengatakan Kota Manado pada bulan Januari 2021 mengalami inflasi sebesar 0,58 persen, inflasi tahun kalender sebesar 0,58 persen dan inflasi “year on year” sebesar 0,49 persen. Kota Kotamobagu terjadi inflasi 0,23 persen.
Penyumbang Inflasi terbesar di Kota Manado pada bulan Januari 2021 yaitu cabai rawit sebesar 0,1848 persen, sedangkan penyumbang deflasi terbesar adalah angkutan udara sebesar 0,1179 persen.