Manado, (Antara Sulut) - Warga Pulau Bangka serentak heboh sejak mendengar kabar bahwa Kapal TNI AL yang memuat alat bor perusahaan PT. Migro Metal Perdana itu akan mencoba untuk merapat kembali di pesisir pantai Desa Kahuku.
"Sejak hari Rabu tanggal 29 Agustus 2012 warga Pulau Bangka mulai siaga di sepanjang pesisir pantai untuk menghalau kapal tersebut agar tidak merapat ke Pulau Bangka," ujar Direktur Walhi Sulut, Edo Rakhman, Senin.
Upaya siaga tersebut dilakukan oleh warga hingga hari ini dan secara bergantian melakukan pengawasan dan pemantauan dengan ketat di sepanjang pantai.
Bukan hanya warga Desa Kahuku, tetapi warga dari Desa Lihunu dan Desa Libas juga turut mebantu upaya tersebut. Sesekali, warga melakukan patroli mengelilingi Pulau Bangka dengan menggunakan kapal motor katinting sebagai bentuk antisipasi jika Kapal TNI AL tersebut mencari tempat berlabuh di titik lain selain Desa Kahuku.
"Intinya bagi masyarakat yang menolak beroperasinya perusahaan tersebut tidak menginginkan kapal yang memuat alat bor itu kembali berlabuh di pesisir Desa Kahuku," katanya.
Dia mengatakan warga sudah dibuat resah dengan kehadiran perusahaan yang akan melakukan peambangan biji besi di Pulau Bangka.
Selain mengawasi kapal, warga juga melarang pihak perusahaan untuk membawa keluar sampel-sampel hasil bor yang sudah dilakukan di beberapa titik, termasuk mengawasi basecamp perusahaan yang dihuni oleh para tenaga kerja yang berasal dari negara China. @antarasulutcom.
"Sejak hari Rabu tanggal 29 Agustus 2012 warga Pulau Bangka mulai siaga di sepanjang pesisir pantai untuk menghalau kapal tersebut agar tidak merapat ke Pulau Bangka," ujar Direktur Walhi Sulut, Edo Rakhman, Senin.
Upaya siaga tersebut dilakukan oleh warga hingga hari ini dan secara bergantian melakukan pengawasan dan pemantauan dengan ketat di sepanjang pantai.
Bukan hanya warga Desa Kahuku, tetapi warga dari Desa Lihunu dan Desa Libas juga turut mebantu upaya tersebut. Sesekali, warga melakukan patroli mengelilingi Pulau Bangka dengan menggunakan kapal motor katinting sebagai bentuk antisipasi jika Kapal TNI AL tersebut mencari tempat berlabuh di titik lain selain Desa Kahuku.
"Intinya bagi masyarakat yang menolak beroperasinya perusahaan tersebut tidak menginginkan kapal yang memuat alat bor itu kembali berlabuh di pesisir Desa Kahuku," katanya.
Dia mengatakan warga sudah dibuat resah dengan kehadiran perusahaan yang akan melakukan peambangan biji besi di Pulau Bangka.
Selain mengawasi kapal, warga juga melarang pihak perusahaan untuk membawa keluar sampel-sampel hasil bor yang sudah dilakukan di beberapa titik, termasuk mengawasi basecamp perusahaan yang dihuni oleh para tenaga kerja yang berasal dari negara China. @antarasulutcom.