Kalau ada tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Utara, mereka biasanya ditawari untuk membeli salah satu oleh-oleh khas daerah tersebut, yakni ikan cakalang.

Ikan dengan panjang sekitar 50 centimeter itu berbentuk memanjang dan agak bulat, dengan dua sirip punggung yang terpisah.

Ikan cakalang sudah akrab dengan warga Sulawesi Utara. Di sejumlah perumahan Manado bahkan sering dijumpai penjaja ikan cakalang keliling.

Salah satu pusat penjualan ikan cakalang asap atau yang biasa dikenal dengan ikan cakalang fufu, adalah di dekat Jembatan Sario.

"Cakalang ini masih segar. Kami juga menjual ikan roa, bakasang, woku, ikan asin, ikan putih, dan lain-lain," ujar pedagang di tempat tersebut, Yatty.

Ikan cakalang fufu yang didatangkan dari Bitung tersebut dijual bervariasi per jepit, sesuai dengan ukuran ikan. Harga yang ditawarkan mulai Rp35 ribu hingga Rp100 ribu per tiga jepit.

Belanja cakalang di tempat tersebut tidak perlu ribet membawanya, karena ikan yang dijepit langsung dipotong-potong dan dibungkus rapi dengan kardus bekas, sehingga mudah dimasukkan ke bagasi pesawat udara sekalipun.

Ikan cakalang tidak hanya berasal dari Bitung, namun ada juga yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, daerah perbatasan Sulawesi Utara dan Filipina.

Ikan cakalang hasil tangkapan nelayan Sangihe ini pernah dipertontonkan pada Smesco Sulut Exhibition 2012 di Gedung Paradise Product Promotion Center, Kairagi, Manado, 26 hingga 30 Juli 2012, yang dibuka Menneg Koperasi dan UKM, Syarifudddin Hasan.

Berbeda dengan ikan cakalang fufu yang dijumpai di dekat Jembatan Sario, ikan cakalang yang dipamerkan tersebut dikemas menarik dan nampak hiegienis karena dikemas di dalam kardus.

"Cakalang ini diproduksi oleh KUD Sengkaranang, Kelurahan Tidore, Kecamatan Tahuna Timur, Kepulauan Sangihe," ujar Kepala Bidang Koperasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sangihe, Rohani Lambayong.

Ikan cakalang fufu yang diberi merek "Smoked Fish Cakalang Fufu Sangihe" tersebut dijual antara Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per dos.

Kalau melihat kemasannya yang bewarna biru menarik, sepertinya cakalang ini sudah dipasarkan di swalayan, namun ternyata manajemen pemasarannya masih pada lingkup yang terbatas.

"Produk ini belum dipasarkan ke swalayan karena masih terkendala izin. Kalau kemasan kami pesan dari Jakarta," kata Rohani Lambayong.

Kendati belum masuk ke swalayan, namun produk ikan cakalang fufu Sangihe ini sudah dikenal dari mulut ke mulut. Setiap kali ada pameran Kabupaten Sangihe selalu menyertakan ikan cakalang fufu, selain anggur dari buah pala.

"Minggu yang lalu barusan dikirim ke Jakarta 50 bungkus," ujar Vera, yang ikut menjaga stand Kabupaten Sangihe.

Kelebihan dari cakalang fufu Kepulauan Sangihe adalah cara pengawetannya. Ikan ini diawetkan dengan air garam dan jeruk sehingga terjaga kualitasnya.

"Kalau diawetkan pada suhu 23 derajat hingga 25 derajat, ikan ini bisa awet selama tiga bulan. Namun, kalau di atas 25 derajat belum pernah dicoba," katanya.

Dia mengatakan, setiap kali ada tamu ke Tahuna, Kepulauan Sangihe, mereka selalu mencari ikan cakalang tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Sangihe Ir Felix Gaghaube, mengatakan, ikan cakalang sudah diluncurkan sebagai produk unggulan Sangihe sejak Januari 2012, dan pihaknya saat ini tengah menggagas untuk mengekspor produk ikan cakalang tersebut.

"Permintaan akan ikan cakalang Sangihe dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari negara Asia terus mengalami peningkatan. Negara Jepang telah kami tetapkan sebagai sasaran ekspor ikan cakalang fufu yang merupakan salah satu produk unggulan kami," katanya.

Dia mengatakan, kepastian ekspor ikan cakalang fufu ke Jepang tinggal menunggu komunikasi dari Pemkab Sangihe dengan Kedubes Jepang di Jakarta, di samping menunggu pembuatan sertifikat kesehatan atas produk tersebut.

Ikan cakalang dikenal sebagai ikan bernilai komersial tinggi, dan dijual dalam bentuk segar, beku, atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering, atau ikan asap. Dalam bahasa Jepang, cakalang disebut katsuo.

Ikan cakalang diproses untuk membuat `katsuobushi` yang merupakan bahan utama `dashi` (kaldu ikan) untuk masakan Jepang.

Cakalang dikenal sebagai perenang cepat di laut zona pelagik. Ikan ini umum dijumpai di laut tropis dan subtropis di Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik.

Kawasan Kepulauan dengan luas wilayah laut 95 persen dari luas total wilayah, menjadikan subsektor perikanan menjadi penggerak pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada sektor pertanian.

Sementara berdasarkan data terakhir tahun 2011 produk perikanan yang berada di DKP Sangihe, ikan pelagis jenis layang menempati urutan teratas dengan jumlah 3761,80 ton per tahun, disusul cakalang 1451,25 ton, tongkol 1407,85 ton dan tuna 767,69 ton.

Sedangkan khusus untuk ikan dasar, ikan kakap merah menempati produk terbanyak dengan 79,45 ton per tahun, kemudian ikan kerapu 50,40 ton, serta ikan kurisi 46,88 ton, dan ikan cucut 20,55 ton.

Di Kabupaten Kepulauan Sangihe juga terdapat Pelabuhan Perikanan Dagho yang terletak di Kecamatan Tamako, yang telah memproduksi es 20 ton per hari, sehingga cukup mendukung upaya pengawetan hasil tangkapan nelayan.

Selain cakalang, perairan Sangihe juga menghasilkan ikan dan biota laut seperti albakora, baronang, bawal hitam, belanak, biji nangka, cucut, ekor kuning, gerot-gerot, golok-golok, gulamah, ikan terbang, japuh, julung-julung, kakap, dan kembung.

Kemudian kerapu, kerong-kerong, kurisi, kuwe, layang, layur, lemadang, lemuru, madidihang, mata besar, Pari, Selar, senuk, sunglir, swanggi, talang-talang, tatengek, tenggiri, teri, tongkol, tuna, cumi-cumi, gurita, kepiting, penyu, rajungan, rumput laut dan sotong.

Namun, dari sekian banyak jenis ikan tersebut, cakalang agaknya memang menjadi favorit, dan bahkan siap bersaing dalan kancah perdagangan internasional, bila mendapat dukungan serius dari berbagai pihak terkait.
(guntur/@agus_antara)


Pewarta : Agus Setiawan
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024