KSDAE ajak masyarakat lestarikan hutan dan yaki
Apalagi Istri Wali Kota Bitung, Khouni Lomban Rawung adalah Duta Yaki, kita mau lestarikan yaki yang habitatnya hampir punah
Manado, (Antaranews Sulut) - Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno mengajak masyarkat, serta peserta Jambore dan Pameran Konservasi Alam agar melestarikan hutan dan yaki di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Melalui kegiatan ini kami mengajak masyarakat untuk turut menjaga alam dan satwa di dalamnya," kata Wiratno di Manado, Rabu.
Dia mengatakan melalui Jambore Nasional, dan Pameran Konservasi Alam dalam rangkaian puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2018, 28-31 Agustus 2018, rasa kecintaan akan kelestarian alam dan binatang didalamnya akan semakin tinggi.
Ia mengatakan, tema yang dipilih adalah "Harmonisasi Alam dan Budaya" maksudnya adalah budaya menghargai alam dan penghuninya.
"Di dalam hutan ada binatang dan alam punya hak hidup seperti manusia, seperti di Kawasan Wisata Alam Tangkoko ada yaki dan tarsius, dan hutan juga menghasilkan air, manusia membutuhkan air," jelasnya.
Ia menjelaskan, yaki atau monyet wolai atau monyet hitam sulawesi (macaca nigra) adalah satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau di sekitarnya.
Yaki merupakan jenis monyet makaka terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Cirinya yang khas dari yaki adalah warna seluruh tubuhnya yang hitam dan memiliki rambut berbentuk jambul di atas kepalanya, serta memiliki pantat berwarna merah muda.
Wiratno mengatakan, Bitung dipilih sebagai lokasi Jambore Nasional dan pameran lantaran memiliki Tangkoko yang sebentar lagi genap berusia seratus tahun.
"Apalagi Istri Wali Kota Bitung, Khouni Lomban Rawung adalah Duta Yaki, kita mau lestarikan yaki yang habitatnya hampir punah," jelasnya.
Ia menjelaskan, hutan bisa menghasilkan untuk masyarakat, khususnya masyarakat di pinggir hutan.
"Kalau ada pembangunan atau pertambangan harus ada perencanaan yang baik, jangan sampai merusak hutan yang merupakan tempat tinggal hewan dan penghasil air," kata dia.
Ia mengatakan, khusus untuk yaki, menurutnya perlu dilakukan upaya untuk pengembangan.
"kita harus menekan perburuan terhadap hewan langka ini," jelas dia.
Sekot Bitung, Audy Pangemanan mengatakan ini sebagai bentuk komitmen dan konsistensi Pemkot Bitung, masyarakat, dan swasta, serta pemangku kepentingan lainnya.
"Pemkot sangat konsisten dalam upaya perlindungan lingkungan dan konservasi alam, sebab selama ini sudah banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan alam," jelasnya.
Semoga kegiatan ini bisa membangkitkan gairah semangat Kota Bitung tetap jaga lingkungan kelestarian alam upaya perlindungan alam.
(T.KR-NCY/B/S031/S031) 29-08-2018 10:14:34
"Melalui kegiatan ini kami mengajak masyarakat untuk turut menjaga alam dan satwa di dalamnya," kata Wiratno di Manado, Rabu.
Dia mengatakan melalui Jambore Nasional, dan Pameran Konservasi Alam dalam rangkaian puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2018, 28-31 Agustus 2018, rasa kecintaan akan kelestarian alam dan binatang didalamnya akan semakin tinggi.
Ia mengatakan, tema yang dipilih adalah "Harmonisasi Alam dan Budaya" maksudnya adalah budaya menghargai alam dan penghuninya.
"Di dalam hutan ada binatang dan alam punya hak hidup seperti manusia, seperti di Kawasan Wisata Alam Tangkoko ada yaki dan tarsius, dan hutan juga menghasilkan air, manusia membutuhkan air," jelasnya.
Ia menjelaskan, yaki atau monyet wolai atau monyet hitam sulawesi (macaca nigra) adalah satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau di sekitarnya.
Yaki merupakan jenis monyet makaka terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Cirinya yang khas dari yaki adalah warna seluruh tubuhnya yang hitam dan memiliki rambut berbentuk jambul di atas kepalanya, serta memiliki pantat berwarna merah muda.
Wiratno mengatakan, Bitung dipilih sebagai lokasi Jambore Nasional dan pameran lantaran memiliki Tangkoko yang sebentar lagi genap berusia seratus tahun.
"Apalagi Istri Wali Kota Bitung, Khouni Lomban Rawung adalah Duta Yaki, kita mau lestarikan yaki yang habitatnya hampir punah," jelasnya.
Ia menjelaskan, hutan bisa menghasilkan untuk masyarakat, khususnya masyarakat di pinggir hutan.
"Kalau ada pembangunan atau pertambangan harus ada perencanaan yang baik, jangan sampai merusak hutan yang merupakan tempat tinggal hewan dan penghasil air," kata dia.
Ia mengatakan, khusus untuk yaki, menurutnya perlu dilakukan upaya untuk pengembangan.
"kita harus menekan perburuan terhadap hewan langka ini," jelas dia.
Sekot Bitung, Audy Pangemanan mengatakan ini sebagai bentuk komitmen dan konsistensi Pemkot Bitung, masyarakat, dan swasta, serta pemangku kepentingan lainnya.
"Pemkot sangat konsisten dalam upaya perlindungan lingkungan dan konservasi alam, sebab selama ini sudah banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan alam," jelasnya.
Semoga kegiatan ini bisa membangkitkan gairah semangat Kota Bitung tetap jaga lingkungan kelestarian alam upaya perlindungan alam.
(T.KR-NCY/B/S031/S031) 29-08-2018 10:14:34