Manado (ANTARA) - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus menjadi penopang utama akses layanan kesehatan bagi jutaan masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang menghadapi penyakit berbiaya tinggi.
Melalui perlindungan finansial yang diberikan, peserta JKN tidak perlu lagi khawatir dengan mahalnya biaya pengobatan, bahkan untuk tindakan medis serius seperti operasi batu ginjal, jantung, hingga cuci darah.
Manfaat nyata ini dirasakan langsung oleh peserta, seperti Asni Bukamo (49), warga Lontio Baru, Kecamatan Nambo, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, yang seluruh biaya pengobatannya akibat batu ginjal ditanggung penuh oleh Program JKN tanpa mengeluarkan sepeser pun untuk layanan medis di rumah sakit rujukan.
Awalnya, sejak tahun 2017, Asni tercatat sebagai peserta mandiri. Namun seiring waktu dan kondisi ekonomi, ia beralih menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Meskipun begitu, kepeduliannya terhadap keberlanjutan status kepesertaannya tidak berkurang sedikit pun. Ia mengaku sangat khawatir jika sewaktu-waktu kepesertaan JKN-nya menjadi tidak aktif.
“Saya sudah merasakan betapa pentingnya JKN bagi saya dan keluarga. Saya pernah mengalami sakit batu ginjal dan pengobatannya seluruhnya ditanggung oleh JKN. Kalau tidak ada program ini, mungkin Saya tidak tahu bagaimana harus membayar biaya rumah sakit yang bisa mencapai puluhan juta," ungkap Asni, di Kabupaten Banggai, Senin.
Pengalaman Asni bermula saat ia merasakan nyeri hebat di sekitar pinggang. Ia kemudian memeriksakan diri ke puskesmas dan dari hasil pemeriksaan, ia dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ternyata, hasil diagnosa menunjukkan adanya batu ginjal yang cukup besar dan harus dirujuk ke rumah sakit di Makassar untuk penanganan lebih lanjut.
“Awalnya, saya takut karena membayangkan biaya operasi yang mahal, tapi ternyata semua biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh JKN. Saya hanya mengeluarkan biaya untuk transportasi dan tempat tinggal selama di Makassar. Selebihnya, semuanya ditanggung," jelasnya.
Tidak hanya untuk penanganan penyakit serius, Asni juga rutin memanfaatkan layanan JKN untuk berobat di Puskesmas, terutama saat mengalami demam atau keluhan kesehatan ringan lainnya.
Menurut dia, pelayanan yang ia terima di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sangat baik dan tidak ada perbedaan perlakuan antara pasien JKN dan pasien umum.
“Selama ini saya tidak pernah merasa dibedakan. Pelayanan di Puskesmas sangat baik, semua ramah dan cepat. Obat juga langsung diberikan, jadi sangat membantu. Intinya JKN ini sangat membantu kami masyarakat kecil," katanya.
Selain kemudahan akses layanan kesehatan, Asni juga merasakan manfaat dari perkembangan teknologi dan inovasi yang dihadirkan BPJS Kesehatan melalui Aplikasi Mobile JKN.
Melalui aplikasi ini, peserta dapat dengan mudah mengecek status kepesertaan, mengubah data, memilih fasilitas kesehatan, bahkan mengambil antrean layanan secara online.
“Saya juga pakai Aplikasi Mobile JKN untuk cek kepesertaan dan Ganti fasilitas kesehatan. Sangat membantu karena saya tidak perlu lagi bolak-balik ke kantor BPJS Kesehatan. Semua bisa diurus dari handphone, termasuk ada kartu JKN digital juga, sangat membantu apalagi sekarang sudah tidak bisa cetak kartu (fisik)," ujarnya.
Asni pun berharap agar Program JKN terus berjalan dan keberadaannya semakin dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Ia menilai bahwa JKN ini bukan hanya soal pelayanan kesehatan, tetapi juga soal kepastian hidup dan ketenangan bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang kurang mampu.
“Saya harap JKN ini tidak berhenti. Ini sangat membantu orang-orang seperti Saya. Kalau sakit, kita sudah tidak bingung lagi soal biaya. Semoga semakin banyak masyarakat yang bisa merasakan manfaatnya," tutup Asni.

