Manado (ANTARA) - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantin) Sahat M. Panggabean pada hari Rabu (23/4) melepas ekspor komoditas pertanian dan perikanan Sulawesi Utara sebanyak 213,75 ton dengan nilai Rp13,36 miliar.
"Ekspor pada hari ini bukan hanya mencerminkan daya saing produk Indonesia, melainkan juga menunjukkan bahwa pelaku usaha kita mampu beradaptasi dengan kebutuhan pasar global, serta terus meningkatkan kualitas, efisiensi, dan keberlanjutan usahanya," kata Sahat di Pelabuhan Peti Kemas Bitung.
Sahat menyebutkan produk pertanian dan perikanan tersebut akan ekspor ke tujuh negara, yaitu Amerika Serikat, Belgia, Italia, Rusia, Tiongkok, Arab Saudi, dan India.
"Syarat-syarat yang mereka inginkan sudah bisa dipenuhi. Nah, makanya, tadi kami menyerahkan sertifikat karantina," ujarnya.
Dikatakan bahwa komoditas yang diekspor terjamin, tidak ditolak karena telahpenuhi standar, sementara di sisi lain laboratorium sudah relatif bagus dan terakreditasi.
Sekarang ini, kata dia, perdagangan dunia berbicara tentang traceability, negara-negara tujuan ekspor ingin mengetahui barang yang dikirim berasal dari daerah mana.
"Nah, kami ingin supaya semua komoditas itu jelas asalnya. Kalau memang barangnya itu komoditas dari Sulawesi Utara, kami catatkan dari Sulawesi Utara, itu penting," katanya.
Produk yang akan dikirim ke tujuh negara tersebut, kata dia, berupa produk turunan kelapa, bunga pala, dan produk ikan kaleng dari tujuh pelaku usaha di beberapa kabupaten/kota di provinsi ujung utara Sulawesi tersebut.
Ia menjelaskan bahwa produk ekspor tersebut terdiri atas konsentrat air kelapa dengan volume sebanyak 75 ton dengan nilai ekonomi sebesar Rp4,83 miliar, kemudian kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 52 ton dengan nilai Rp2,83 miliar.
Produk turunan lainnya, antara lain, desiccated coconut dan coco chip (serpihan kelapa) sebanyak 15 ton senilai Rp0,33 miliar, bunga pala sebanyak 5,46 ton senilai Rp1,01 miliar, dan canned tuna (tuna kalengan) dengan volume 66,28 ton senilai Rp4,36 miliar.