Medan (ANTARA) -
Sementara itu, Jawa Timur yang sempat memuncaki klasemen, harus rela turun dari posisi pertama menuju posisi ketiga dengan perolehan medali sebanyak 71 medali emas, 65 perak, dan 61 perunggu.
Di posisi keempat dan kelima, persaingan masih terjadi di antara kedua tuan rumah PON 2024, yakni Sumatera Utara dengan 38 medali emas, 17 perak, dan 49 perunggu, yang diikuti oleh Aceh dengan 32 medali emas, 28 medali perak, dan 32 medali perunggu.
Sepanjang Jumat (13/9), DKI Jakarta memang memperoleh beberapa medali emas yang membuatnya menggeser posisi Jawa Timur. Di antaranya adalah dari lomba selam kolam atau finswimming pada nomor 400 meter bifins estafet di Kolam Tirta Raya, Banda Aceh.
Lalu, ada pula kontingen DKI Jakarta Andi Irawan yang berhasil menyumbangkan medali emas perdana bagi Jakarta dari cabang olahraga petanque di nomor tunggal putra.
Berikutnya, dua medali emas untuk DKI Jakarta dari cabang olahraga sepatu roda nomor relay 3.000 meter putra dan putri di Pantai Pelangi, Pidie, Aceh. Jakarta meraih medali emas sepatu roda relay 3.000 meter putra lewat tim yang digawangi Barijani Mahesa Putra, Jurnalis Nurhakim Baharizki, Yonatan Lovertus, dan Syah Arya Fikri Prasetiya Bogar.
Medali emas berikutnya datang dari Edgar Xavier Marvelo yang kembali menunjukkan dominasinya di cabang olahraga wushu, seusai sukses meraih medali emas di nomor kombinasi taolu daoshu dan gunshu putra.
Pemecahan rekor
Selain tentang persaingan ketat antara Jakarta dan Jawa Timur, pelaksanaan PON juga menjadi berwarna dengan beberapa pemecahan rekor di bidang olahraga itu.
Di antaranya, atlet cabang olahraga atletik dari Jawa Tengah (Jateng) Atina Nur Kamila yang tampil perkasa di nomor lempar lembing putri dengan berhasil memecahkan rekor nasional dan PON.
Pada pertandingan di Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center, Kabupaten Deli Serdang itu, Atina mencatatkan lemparan sejauh 52,56 meter. Angka itu melampaui rekor nasional 50,46 meter dan PON 51,26 meter, yang tercipta pada 2021.
Berikutnya, ada pula Sapwaturrahman dari Nusa Tenggara Barat yang berkompetisi di cabang olahraga atletik. Dia berhasil memecahkan rekor Pekan Olahraga Nasional.
Pada lomba yang juga diselenggarakan di Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center itu, Sapwaturrahman yang berumur 30 tahun atau paling tua di antara kontingen lainnya, berhasil membukukan lompatan sejauh 7,69 meter.
Pencapaian itu berhasil melampaui rekor PON XIV Jakarta 1996 yang dipegang atlet asal Jawa Barat Yousan Lekahena, dengan lompatan sejauh 7,64 meter.
Lalu, rekor lainnya dipersembahkan oleh pelari Nella Agustin. Kontingen Sumatera Utara dari cabang olahraga atletik nomor 200 meter putri itu berhasil meraih medali emas dengan catatan waktu 23.61 detik.
Pada babak final di Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center itu, waktu yang ditorehkan Nella Agustin tersebut juga memecahkan rekornas atas namanya sendiri dengan waktu 23.63 detik.
Nella juga memecahkan rekor PON yang sebelumnya diciptakan Irene Truitje Joseph dari Maluku di PON tahun 2000 Jawa Timur dengan catatan waktu 23.98 detik.
Jawaban soal isu pelaksanaan PON yang buruk
Kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo juga tidak luput dari sorotan pelaksanaan PON 2024 pada Jumat (13/9). Setelah media sosial sempat diramaikan dengan pemberitaan seputar venue pertandingan voli di Sumut Sport Center yang tidak kunjung rampung, Dito pada Jumat (13/9) sore turun langsung ke venue tersebut untuk melihat progress pembangunan.
Dalam konferensi pers yang digelar pada malam harinya, ia menyampaikan meskipun masih di tahap penyempurnaan pembangunan, venue pertandingan voli PON 2024 itu telah jauh lebih baik dan dapat digunakan.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga menegaskan bahwa koordinasi pihaknya dengan Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Bareskrim Polri adalah tidak terkait dengan korupsi dalam penyelenggaraan PON di Aceh dan Sumatera Utara.
Lebih lanjut, ia menjelaskan adanya permintaan dari dirinya untuk dilakukan pendalaman terhadap dugaan penyelewengan dalam PON 2024 dilakukan untuk merespons keluhan masyarakat serta memastikan kebenaran atas tudingan-tudingan yang beredar di media sosial mengenai penyelenggaraan PON yang dinilai buruk, seperti makanan atlet yang tidak layak.
"Itu adalah merupakan respons saya yang saya tidak terima setelah pembukaan langsung adanya, kita dihajar melalui media sosial, di netizen hanya menggunakan beberapa contoh sampel, langsung masif sekali dikatakan bahwa penyelenggaraan PON ini korupsi. Ini saya melakukan pembelaan kita sudah ada satgas tata kelola. Ini jangan langsung dituduh adanya penyelewengan, korupsi," jelas dia.
Ke depannya, Dito berharap pemberitaan seputar PON 2024 dititikberatkan pada hal-hal positif yang menunjukkan bahwa PON dapat diselenggarakan dengan baik dan sukses.