Sleman (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman meminta penambang pasir di aliran sungai berhulu Gunung Merapi mematuhi setiap adanya peringatan dini terkait perkembangan cuaca yang terjadi pada musim pancaroba yang berpotensi terjadi banjir lahar hujan.
"Saat ini masih banyak material di wilayah atas Gunung Merapi, dan bila terjadi hujan deras di puncak berpotensi banjir hujan di aliran sungai-sungai berhulu Merapi," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Selasa.
Menurut dia, banjir lahar hujan atau banjir lahar dingin yang membawa hanyut material vulkanis Gunung Merapi tersebut sebenarnya relatif aman jika masyarakat tidak beraktivitas di aliran sungai tersebut.
"Kondisi tanggul dan dam penahan banjir di sungai-sungai berhulu Merapi saat ini masih mampu menampung material yang terbawa banjir," katanya.
Ia mengatakan adanya beberapa kali kejadian banjir lahar yang menerjang dan menimbun kendaraan angkutan material maupun alat-alat penambangan disebabkan terlambat dalam antisipasi.
"Kadang para penambang dan armadanya terlambat naik, alat berat dan penambang masih berada di aliran sungai, sehingga saat berusaha naik terlanjur diterjang banjir lahar hujan," katanya.
Makwan mengatakan adanya peringatan dini sering diabaikan oleh masyarakat yang beraktivitas di aliran sungai berhulu Merapi. "Yang sering menjadi alasan karena 'tanggung' dan melanjutkan aktivitas penambangan material. Padahal, sudah ada peringatan dini dan laju kecepatan banjir juga tidak dapat diprediksi," katanya.
Ia mengatakan selama ini pihaknya juga kesulitan untuk mengumpulkan dan memberikan edukasi kepada para penambang material Merapi ini, karena banyak dari mereka berasal dari luar daerah Sleman.
"Kalau penduduk setempat di lereng Gunung Merapi kami sudah familiar, dan mudah untuk sosialisasi," katanya.
Sebelumnya Stasiun Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan saat ini seluruh wilayah DIY termasuk wilayah Kabupaten Sleman masuk dalam periode musim peralihan (pancaroba) yang diperkirakan berlangsung antara Maret hingga Mei 2022.
"Perlu diwaspadai pada musim ini ada peningkatan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi," kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono.
Menurut dia, bencana hidrometeorologi tersebut dapat berupa cuaca ekstrem, seperti hujan es, angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat yang muncul pada saat musim peralihan atau pancaroba, dimana potensinya lebih besar dari musim hujan.
"Wilayah Kabupaten Sleman termasuk area yang dilanda cuaca ekstrem. Lokasi Kabupaten Sleman yang berada di lereng Gunung Merapi menjadikannya sebagai wilayah yang mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya awan konvektif seperti Cumulunimbus," katanya.
Berita Terkait
Mahfud MD pimpin doa untuk warga Palestina
Minggu, 5 November 2023 8:31 Wib
Megawati: Pemerintah harus pastikan kualitas udara IKN terjaga
Kamis, 24 Agustus 2023 7:04 Wib
Ledakan petasan hancurkan rumah di Sleman
Jumat, 22 April 2022 12:31 Wib
Prambanan merintis program pariwisata berbasis kelurahan
Selasa, 12 April 2022 11:02 Wib
Material vulkanik erupsi Gunung Merapi di hulu Kali Gendol Sleman
Kamis, 10 Maret 2022 15:09 Wib
Askab PSSI Sleman menggelar Liga Futsal pertama kali di Indonesia
Selasa, 16 November 2021 9:38 Wib
Wabup Sleman mengajak politisi giat melakukan pendidikan politik
Kamis, 4 November 2021 14:30 Wib
Lima petugas Lapas Narkotika diperiksa karena bertindak berlebihan terhadap WBP
Kamis, 4 November 2021 12:37 Wib