Manado, (Antara Sulut) - Dinamika selama memegang kendali pemerintahan, penuh warna. Di usia ke 68 tepat 16 Januari 2013, DR DR (Hc) Sinyo Harry Sarundajang kembali mengulang nostalgia indah tahun 1986.
Di era itu, putra Kawangkoan dipanggil Gubernur Sulawesi Utara CJ Rantung untuk disiapkan menjabat Wali Kota Administratif Bitung.
Sebelum dipersiapkan sebagai wali kota, karir sebagai birokrat sudah terasah di Kabupaten Minahasa, yang kala itu belum dimekarkan menjadi beberapa kabupaten. Tak tanggung-tanggung di usianya yang baru 31 tahun sudah menjabat sebagai sekretaris daerah di kabupaten itu.
Karirnya terus mengkilap. Tak lama setelah disiapkan gubernur, Menteri dalam Negeri Rudini melantiknya sebagai Wali Kota Administratif Bitung, menggantikan pejabat sebelumnya Karel L Senduk.
Pundaknya siap memikul tanggung jawab. Selain menjalankan roda pemerintahan, Sarundajang punya tugas lainnya yaitu mempersiapkan kota administratif menjadi kota madya.
"Seakan tak percaya. Dengan APBD sebesar tiga ratus juta harus berkompetisi dengan 33 kota adimistratif lainnya di Indonesia. Terutama kota yang berada di pulau Jawa. Tapi saya tidak mundur. Ini adalah kepercayaan pimpinan yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab," kisahnya.
Bak gayung bersambut. Cita-cita meningkatkan status kota administratif menjadi kota madya berbuah manis.
Dalam sebuah momentum pertemuan dengan Presiden Soeharto di rumah dinas, Sarundajang menyampaikan konsep otonomisasi Kota Administratif menjadi Kota Madya Bitung.
10 Oktober 1990, harapan gubernur Rantung dan seluruh warga kota pelabuhan, dikabulkan. Bitung menanggalkan status sebelumnya sebagai kota administratif menjadi kota madya.
Jiwa kepemimpinannya terus terasah. Kendali kepemimpinan militer kala itu, semakin menempa karakternya sebagai birokrat handal.
"Saya banyak belajar seni pemerintahan dari pak Rantung. Itu kenangan yang tak akan pernah dilupakan," kenangnya.
Karirnya terus naik. Usai menjabat sejumlah jabatan strategis sebagai staf khusus mendagri bidang strategis, irjen depdagri, dan Gubernur Maluku dan Maluku Utara, warga Sulawesi Utara yakin Sarundajang mampu membawa perubahan ketika menjadi gubernur.
Sukses di bidang pemerintahan, menurut Sarundajang tak bisa dipisahkan dari kehidupan rumah tangga.
Istri tercinta Deetje Sarundajang Laoh Tambuwun, serta kelima anaknya Ivan, Vanda, Eva, Febian dan Shinta, menjadi simpul kesuksesannya.
"Hidup kita hanya satu kali. Selama Tuhan masih memberikan hidup kepada kita, nikmatilah hidup ini dengan sebagi-baiknya dengan berbuat baiklah kepada semua orang," ajaknya.