Manado (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, mengimbau para jurnalis di Sulawesi Utara (Sulut) mengedepankan jurnalisme damai, menyusul peristiwa dugaan perusakan tempat ibadah di Minahasa Utara oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab, Kamis (30/01/2020).
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, Yinthze Gunde, mengatakan, wartawan di Sulut harus tetap mengacu pada kode etik jurnalistik (KEJ) dalam menjalankan tugasnya sebagai pewarta.
"Media diharapkan bisa menjanjikan berita yang objektif dan berimbang," katanya.
Via sapaan akrabnya mengingatkan agar media massa tetap bisa menyajikan berita-berita yang menyejukkan dan tidak memanas-manasi, karena jurnalis harus berpihak pada kebenaran.
Dia mengatakan, media punya peran penting membentuk opini di masyarakat, maka pemberitaan yang kurang objektif atau bahkan keliru justru bisa menjadi pemicu perpecahan.
Dia mengingatkan media untuk bijaksana dan mampu menahan diri, tidak menyajikan berita yang bombastis berisiko.
"Kita prihatin dan mengecam aksi-aksi intoleran sepihak. Kita percaya pemerintah dan aparat mampu bertindak tegas," katanya.
Dia mengingatkan seyogyanya media mengusung jurnalisme damai dalam pemberitaan, untuk bisa mewujudkan jurnalisme damai, media dan jurnalis wajib menjalankan cara-cara kerja profesional dalam reportase.
Terkait peristiwa di Minut, AJI mengimbau jurnalis hendaknya mengambil narsum lingkaran pertama, masyarakat setempat dari kedua pihak, pemerintah desa, dan aparat kepolisian.
"Harapan kita media mampu menjadi penyejuk, bukan sebaliknya menyulut perpecahan di masyarakat," kata dia.***
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, Yinthze Gunde, mengatakan, wartawan di Sulut harus tetap mengacu pada kode etik jurnalistik (KEJ) dalam menjalankan tugasnya sebagai pewarta.
"Media diharapkan bisa menjanjikan berita yang objektif dan berimbang," katanya.
Via sapaan akrabnya mengingatkan agar media massa tetap bisa menyajikan berita-berita yang menyejukkan dan tidak memanas-manasi, karena jurnalis harus berpihak pada kebenaran.
Dia mengatakan, media punya peran penting membentuk opini di masyarakat, maka pemberitaan yang kurang objektif atau bahkan keliru justru bisa menjadi pemicu perpecahan.
Dia mengingatkan media untuk bijaksana dan mampu menahan diri, tidak menyajikan berita yang bombastis berisiko.
"Kita prihatin dan mengecam aksi-aksi intoleran sepihak. Kita percaya pemerintah dan aparat mampu bertindak tegas," katanya.
Dia mengingatkan seyogyanya media mengusung jurnalisme damai dalam pemberitaan, untuk bisa mewujudkan jurnalisme damai, media dan jurnalis wajib menjalankan cara-cara kerja profesional dalam reportase.
Terkait peristiwa di Minut, AJI mengimbau jurnalis hendaknya mengambil narsum lingkaran pertama, masyarakat setempat dari kedua pihak, pemerintah desa, dan aparat kepolisian.
"Harapan kita media mampu menjadi penyejuk, bukan sebaliknya menyulut perpecahan di masyarakat," kata dia.***