Manado (ANTARA) - Aliansi jurnalis independen (AJI) Indonesia bersama cek fakta dengan dukungan google news initiative menggelar diskusi terpumpun kolaborasi melawan disinformasi, di Manado, Sabtu.
Diskusi yang membahas tentang disinformasi atau informasi salah dan misinformasi atau informasi bohong itu, dihadiri oleh perwakilan dari organisasi keagamaan, mahasiswa dan masyarakat sipil, berdiskusi bersama membahas tentang kedua hal itu dan dampaknya bagi masyarakat.
"Kegiatan ini dilaksanakan di beberapa kota Indonesia termasuk Manado. Tujuannya untuk memperkecil disinformasi dan misinformasi bahkan kalau bisa menghilangkannya, agar dampak buruknya di masyarakat, bisa diminimalisir bahkan dihilangkan," kata Ketua AJI Manado, Fransiskus Talokon, saat membuka diskusi yang digelar di best western, Manado itu.
Talokon mengatakan, dalam lima tahun terakhir, informasi keliru dan bohong banyak beredar dan disebarkan oknum - oknum tidak bertanggungjawab, yang menyebabkan masalah, di tengah masyarakat, karena sering termakan hoax.
"Apalagi ternyata, tanpa disadari yang ikut menyebarkan informasi yang keliru dan bohong, justru adalah orang-orang berpengaruh, yang tidak memahami dengan benar tentang hal yang disebarkan yang berdampak buruk, seperti kesalahan memahami dan merusak pikiran baik tentang satu hal," katanya.
Apalagi menjelang pemilu, kata Talokon, hal-hal seperti ini juga menimbulkan kekhawatiran, karena biasanya informasi yang keliru dan bohong, baik yang lama maupun baru, sering diangkat kembali menjadi bahan untuk menyerang atau menjatuhkan pihak tertentu.
Sementara perwakilan AJI Indonesia, Adi Mersiela, yang menjadi pemateri dalam diskusi itu, mengatakan, ada hoax yang "evergreen" maupun momentum, mengikuti situasi yang sedang berkembang.
Sebagai pemateri yang juga memimpin diskusi, Adi secara aktif mengajak seluruh peserta menyampaikan pendapat tentang berbagai hal yang dilakukan, termasuk bagaimana dampak buruk yang timbul, dan langkah mengantisipasinya. Juga bagaimana langkah organisasi menghadapi beredarnya informasi keliru dan bohong yang beredar dan menyerang lembaga keagamaan, sipil maupun mahasiswa.
Dari diskusi yang tersebut, kemudian disepakati sejumlah hal menjadi rencana tindak lanjut, untuk menghadapi dan mengatasi hal-hal tersebut, yakni, melakukan pelatihan untuk meningkatkan literasi media dengan cek fakta, membentuk jaringan komunikasi, membuat nota kesepahaman, menggelar diskusi rutin.
Rencana tindak lanjut lainnya, adalah membentuk grup komunikasi, meningkatkan kapasitas, menyebarkan konten cek fakta membuat laporan ke nomor telepon cek fakta.