Membuat kondisi tubuh menjadi lebih baik dengan minuman herbal mulai marak dilakukan oleh masyarakat, karena cara itu diyakini mampu menjaga kesehatan tubuh dan mengobati berbagai penyakit.

Minuman herbal adalah minuman yang disediakan oleh alam dan dibuat dengan cara alami atau tradisional yang sangat membantu untuk menjaga kesehatan. Minuman herbal dapat dijadikan sebagai minuman konsumsi setiap hari.

Di antara beberapa minuman herbal?terbuat dari tumbuhan akan tetapi ada juga yang terbuat dari bahan lain, seperti ekstrak hewan tertentu yang banyak memiliki khasiat.

Selain memiliki banyak kandungan yang dapat mencegah dan mengatasi penyakit,?juga banyak memiliki keunggulan dan manfaat sebagai bahan dasar untuk membuat minuman herbal yang kaya vitamin.

Menjaga kesehatan lebih penting daripada mengobati, lebih sehat setiap hari dengan minum minuman herbal. Selain membantu tubuh tetap sehat, juga bagi yang sakit akan memudahkan proses penyembuhannya.

Hal ini yang dilakukan oleh seorang pensiunan pendeta Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Lientje M.H. Mamahit S.Th. Sejak awal, ia telah menyadari akan pentingnya kesehatan dengan menggunakan minuman herbal yang alami, namun tetap ada takaran-takarannya.

Setelah menyelesaikan studi sebagai mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) Angkatan 1974, ia berupaya melayani dan mencari pekerjaan sampai diterima sebagai pekerja GMIM.

Perempuan kelahiran 3 September ini telah membilang usia 60-an, mengawali usaha bisnis minuman herbal ketika ditugaskan untuk melayani di Rumah Sakit Pancaran Kasih bidang Pastoral Konseling Catatan Medik, yang berawal dari era 90-an.

Perempuan yang tetap bersemangat pada usia senja tersebut menceritakan awal memulai usahanya sekitar tahun 90-an, kala melayani di RS, menghadapi berbagai pergumulan sakit yang diderita para pasien sampai dirinya pula mengalami suatu penyakit.

Oleh karena sakit yang dialami, Lien harus menjalani rawat inap dan diberikan obat suntik dari dokter di RS Pancaran Kasih Manado yang merupakan yayasan milik GMIM.

Setelah melalui tindakan medis tersebut, membuat Lientje mengalami pingsan, karena tubuhnya menolak obat yang diberikan para dokter. Dari situlah dia sadar tubuhnya tidak bisa menerima obat-obatan kimia, harus mengonsumsi minuman herbal dari tumbuh-tumbuhan.

Seiring berjalan waktu, pada 1996 ada peraturan pemerintah yang mengharuskan rumah sakit memiliki tempat untuk herbal, sehingga dialah yang diutus mengikuti penataran.

Ibu dua anak ini mengamati betul tentang obat herbal, sehingga berbagai seminar, pelatihan, simposium, diikutinya hingga terasa betul kemampuannya di bidang obat herbal.

Berbekal tanaman obat yang ia temukan di sepanjang wilayah Sulut, mulai jahe merah, temulawak, manggis, dan tanaman lainnya, pada akhirnya dia mulia merintis usaha jamu herbal sendiri.

Pada awal melakukan bisnis, katanya, banyak mengalami hambatan, terutama soal permodalan, hingga ia harus lari ke bank untuk mendapatkan pinjaman.

Apalagi usaha dijalankan tergolong rumit, membutuhkan izin dari dinas-dinas terkait agar jamu herbal dapat dipasarkan. Minimnya pendampingan tidak membuat Lientje patah arah berbisnis jamu atau minuman herbal.

Namun, lambat laun usahanya mulai dipasarkan dan dilirik banyak pelaku usaha swalayan dan ritel, sehingga bermohon kepada sejumlah instansi pemerintah. Pihak Kementerian Pertanian banyak mendukungnya untuk mengembangkan produk. Pertumbuhan bisnis sekarang sudah mencapai 10 persen setiap tahun.

"Di awal usaha hanya sekilo sekarang sekarung," kata Lientje.

Rasa syukur kepada Tuhan tak henti-hentinya diucapkan oleh Pendeta Emiritus Lientje M.H. Mamahit, pemilik usaha Eufraino, karena usaha minuman herbalnya, telah bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku kuliah.

Eufraino, katanya, berasal dari bahasa Yunani yang artinya "Saling Menghidupi" yang sejalan dengan falsafah Dr Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau biasa yang disebut Sam Ratulangi, yakni "Si tou timou tumou tou" yang artinya "Manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia yang lain".

Berbekal nama usaha tersebut, Lientje makin semangat mengembangkan usahanya. Padahal, sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk membuka usaha minuman instan dari tanaman herbal.

"Saya bersyukur dengan usaha herbal `drink` yang saat ini ada, sebab banyak manfaat yang diraih," ujarnya.

Hasil yang diperolehnya antara lain bisa menyekolahkan dua anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Anak pertama telah menikah, sedangkan anak kedua masih mengemban ilmu di bangku kuliah universitas jurusan agribisnis. Selain itu, dirinya juga telah membeli mobil untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari.

Berkat ramuan herbal tersebut, dirinya telah mengunjungi berbagai kota di Indonesia dan luar negeri karena berbagai undangan untuk menghadiri seminar dan simposium nasional maupun internasional.

"Jadi, pengetahuannya bertambah dengan mengikuti berbagai pelatihan, seminar, maupun simposium," kata Lientje yang juga sebagai Ketua Asosiasi Pengobatan Tradisonal Indonesia (Aspetri) Sulawesi Utara (Sulut) itu.

Ia kemudian diutus oleh sinode untuk mengikuti pelatihan pengobatan herbal sampai Rumah Sakit Bethesda di Yogyakarta.

Pada 2000, ia mulai membangun usahanya dengan awal hanya satu kilogram temulawak, jahe merah, dan kunyit. Setiap satu kilogram dia mendapatkan 30 saset minuman herbal yang siap diseduh kemudian diminum. Usaha tersebut terus dilakoninya.

Pada 2004, setelah tugas di Rumah Sakit Pancaran Kasih harus selesai, karena dipindah tugas ke Gereja GMIM Pniel Bahu, di gereja tersebut dia membentuk kelompok tanaman hias.

Selanjutnya oleh sinode diangkat menjadi direktur agribisnis. Dari situlah kemudian dia mengembangkan terus tanaman obat yang menurut dia banyak di Sulut.

Pada 2008, dia mengikuti simposium internasional tentang temulawak yang digelar Institut Pertanian Bogor (IPB) di Botani Square, untuk mematenkan temulawak dari Indonesia, sebab Jepang telah mengklaim kunyit.

Kembali dari simposium tersebut, Lientje yang juga lulusan SMA Katolik Cenderawasih Kota Makassar makin menekuni usahanya, apalagi ada binaan dari Kementerian Pertanian.

Usaha minuman herbal mulai berkembang dengan berbagai macam tanaman maupun umbi-umbian sebagai bahan dasar yang diracik sendiri, untuk kemudian dikemas dalam saset sebagai serbuk instan.

"Sekarang ada sekitar 20 produk dengan harga yang bervariasi, yang sudah dipasarkan di swalayan dan ritel Manado," ungkapnya.

Untuk produksinya tak dilakukan setiap hari. Ada waktu tertentu melakukannya, tergantung apakah sudah habis atau adanya pesanan. Dalam setahun bisa memproduksi 30 ribu saset minuman herbal, sedangkan untuk tenaga kerja lima orang, termasuk anak-anaknya.

Pemasarannya di beberapa toko modern di Kota Manado dan Kota Tomohon. Selain itu, ada juga yang pesan untuk dibawa ke Amerika Serikat dan Inggris.

Bahan bakunya selain membeli di pasar, dia juga menanamnya di tanah yang dimilikinya sehingga jika bahan baku mahal bisa ambil dari pekarangan sendiri.

Produknya Eufraino sudah siap ekspor, terutama minuman 3 in 1 yang terdiri atas kulit manggis, temulawak, dan jahe merah.

"Di pasaran paling laris, karena khasiatnya yang besar," katanya.



Bisnis adalah perjuangan

Produknya bernama Eufraino, kemudian mendapat hak kekayaan intelektual (HAKI) atas produknya, Bu Lin semakin besemangat memasarkan Eufraino lagi.

Dia juga mengajukan sertifikasi halal MUI, sehingga pemasarannya bisa diterima semua kalangan masyarakat.

Agar memenuhi kebutuhan kesehatan, Ibu Lientje juga menyediakan standarisasi, meliputi laboratorium kecil, tempat pencucian, juga lemari penyimpanan khusus. Rumah pribadinya disulap agar memenuhi apa kebutuhan masyarakat.

Penjualan sudah sampai ke banyak supermarket di Kota Manado, ke Multi Mart, Top Mart, Golden dan lainnya, dengan berbisnis jamu herbal bisa membawanya ibadah rohani sampai Jarusalem, Palestina.



Studi Banding

Oleh karena usahanya yang sudah terkenal tersebut, maka banyak instansi swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan studi banding ke tempat usaha Lientje Mamahit tersebut.

Dia mengatakan sudah beberapa kali PT BRI, baik dari pusat maupun wilayah Sulut, membawa karyawan prapensiun untuk mendapatkan bekal ilmu mengelola bisnis ketika telah mencapai usia pensiun.

Di tempat tersebut, dirinya memberikan semangat berwirausaha kepada sejumlah prapensiun PT BRI, karena kendati usia senja harus tetap produktif, walaupun tidak segesit waktu muda.

Ia berpandangan bahwa memberi buah dan menjadi berkat bagi banyak orang menjadi tujuan dirinya. Jadi, ilmu yang dia punya diberikan kepada orang lain sehingga berkembang dan membawa kesejahteraan.



(T.KR-NCY/B/M029/M029) 22-06-2018 12:34:41

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Nancy Lynda Tigauw
Copyright © ANTARA 2024