Ternate (ANTARA Sulsel) - Para sopir angkutan kota (angkot) di Ternate, Maluku Utara (Malut) mengeluhkan semakin maraknya ojek sepeda motor yang beroperasi di kota ini, karena hal itu mengakibatkan semakin menurunya pendapatan mereka.
"Ojek sepeda motor di Kota Ternate sekarang ini semakin marak dan telah mengakibatkan terus merosotnya pendapatan kami," kata salah seorang sopir angkot di Ternate, Lukman di Ternate, Kamis.
Dulu ketika ojek sepeda motor di Ternate belum banyak, pendapatan sopir angkot di daerah ini bisa mencapai Rp200 ribu per-hari, sekarang ketika ojek sepeda motor semakin marak, pendapatan mereka terkadang hanya Rp125 ribu.
Ia mengatakan dengan pendapatan seperti itu mereka sering kesulitan untuk memenuhi setoran kepada pemilik mobil sebesar Rp100 ribu per-hari serta menutupi harga bensin yang mencapai minimal Rp50 ribu.
Kondisi tersebut mengakibatkan banyak sopir angkot yang beralih mencari pekerjaan lain. Bahkan tidak sedikit yang ikut menjadi tukang ojek sepeda motor, karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakoni untuk mendapatkan nafkah bagi keluarga.
Sopir angkot lainnya di Ternate, Hasrul mengatakan jika pemkot Ternate tidak mengendalikan dan menata operasional sepeda motor di Ternate maka tidak menutup kemungkinan angkot di kota ini akan mati.
Sopir di Ternate tidak keberatan dengan adanya ojek sepeda motor, tapi seharusnya jumlahnya di batasi dan tidak boleh memuat penumpang pada jalur resmi angkot, termasuk di kawasan terminal.
"Sekarang ini ojek sepeda motor di Ternate jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu dan mereka beroperasi secara bebas termasuk sampai kawasan terminal dan pasar, sehingga angkot kesulitan mencari penumpang," katanya
Maraknya ojek sepeda motor di Ternate diduga terkait dengan sulitnya lapangan kerja di daerah ini, sementara jumlah pencari kerja dari tahun ke tahun terus meningkat dan biaya hidup semakin tinggi seiring dengan semakin mahalnya harga kebutuhan pokok.
Salah seorang pengojek sepeda motor di Ternate, Hadi mengaku, dirinya terpaksa mengojek sepeda motor karena tidak ada lapangan kerja lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dari mengojek sepeda motor, Hadi yang seorang sarjana sospol itu mengaku setiap hari bisa mengantongi hasil minimal Rp100 ribu dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
(T.L002/E001)
"Ojek sepeda motor di Kota Ternate sekarang ini semakin marak dan telah mengakibatkan terus merosotnya pendapatan kami," kata salah seorang sopir angkot di Ternate, Lukman di Ternate, Kamis.
Dulu ketika ojek sepeda motor di Ternate belum banyak, pendapatan sopir angkot di daerah ini bisa mencapai Rp200 ribu per-hari, sekarang ketika ojek sepeda motor semakin marak, pendapatan mereka terkadang hanya Rp125 ribu.
Ia mengatakan dengan pendapatan seperti itu mereka sering kesulitan untuk memenuhi setoran kepada pemilik mobil sebesar Rp100 ribu per-hari serta menutupi harga bensin yang mencapai minimal Rp50 ribu.
Kondisi tersebut mengakibatkan banyak sopir angkot yang beralih mencari pekerjaan lain. Bahkan tidak sedikit yang ikut menjadi tukang ojek sepeda motor, karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakoni untuk mendapatkan nafkah bagi keluarga.
Sopir angkot lainnya di Ternate, Hasrul mengatakan jika pemkot Ternate tidak mengendalikan dan menata operasional sepeda motor di Ternate maka tidak menutup kemungkinan angkot di kota ini akan mati.
Sopir di Ternate tidak keberatan dengan adanya ojek sepeda motor, tapi seharusnya jumlahnya di batasi dan tidak boleh memuat penumpang pada jalur resmi angkot, termasuk di kawasan terminal.
"Sekarang ini ojek sepeda motor di Ternate jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu dan mereka beroperasi secara bebas termasuk sampai kawasan terminal dan pasar, sehingga angkot kesulitan mencari penumpang," katanya
Maraknya ojek sepeda motor di Ternate diduga terkait dengan sulitnya lapangan kerja di daerah ini, sementara jumlah pencari kerja dari tahun ke tahun terus meningkat dan biaya hidup semakin tinggi seiring dengan semakin mahalnya harga kebutuhan pokok.
Salah seorang pengojek sepeda motor di Ternate, Hadi mengaku, dirinya terpaksa mengojek sepeda motor karena tidak ada lapangan kerja lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dari mengojek sepeda motor, Hadi yang seorang sarjana sospol itu mengaku setiap hari bisa mengantongi hasil minimal Rp100 ribu dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
(T.L002/E001)