Ambon (ANTARA Sulsel) - Administrator Pelabuhan (Adpel) Ambon, Benny Tangkuman masih menangguhkan pelayaran dua kapal perintis dari Pelabuhan Yos Sudarso Ambon dengan tujuan Kabupaten Maluku Barat Daya karena pertimbangan gelombang tinggi yang berkisar 3,5 - 6 meter.
"Saya sudah menangguhkan keberangkatan KM Bandaneira dan KM Maloli sejak pekan lalu setelah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Pattimura Ambon mengeluarkan peringatan dini," katanya kepada ANTARA dari Jakarta, Selasa.
Adpel Ambon yang berada di Jakarta untuk urusan dinas itu mengatakan peringatan dini dari BMKG Bandara Pattimura Ambon itu dikeluarkan untuk tanggal 3 - 7 Januari 2009, tetapi kemudian berlanjut dari 7 - 12 Januari 2009 dan terakhir 12 - 16 Januari 2009.
"Kami tidak mau mengambil risiko untuk menerbitkan surat ijin berlayar (SIB) dengan kondisi cuaca buruk, gelombang tinggi, angin dengan kecepatan di atas 40 Km per jam, hujan intensitas sedang hingga deras dibarengi guntur dan kilat," ujarnya.
Karena itu, dia mengarahkan Kepala Seksi Syahbandar Adpel Ambon, Benny Manuputty untuk intensif berkoordinasi dengan BMKG Bandara Pattimura Ambon untuk mengetahui perkembangan cuaca agar menjadi pertimbangan dalam memutuskan keberangkatan kapal perintis itu.
"Operator kapal perintis memang diindikasikan memprovokasi masyarakat pengguna jasa transportasi laut itu untuk mendesak berlayar. Tapi, ketentuan harus ditegakkan agar mengantisipasi musibah laut yang sering setelah terjadi," kata Benny Tangkuman.
Sedangkan Benny Manuputty mengatakan tetap memegang teguh ketentuan peringatan dini dari BMKG Bandara Pattimura Ambon sebagai acuan untuk tidak menerbitkan SIB.
"Secara kasat mata di Teluk Dalam Ambon saja terlihat angin kencang dan gelombang, makanya keinginan masyarakat untuk berlayar ditangguhkan baik menggunakan kapal perintis, kapal layar maupun kapal motor penyeberangan (KMP)," ujarnya.
Dia mengakui tidak juga mengizinkan KMP Tenny trayek Ambon - Namlea, Ibu Kota Kabupaten Buru untuk berlayar.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Prakirawan BMKG Bandara Pattimura Ambon, Agi Wulanda Putra, ternyata tinggi gelombang di laut Buru, perairan Ambon, laut Seram dan Selat Manipa berkisar 1,5 - 2,5 meter," kata Benny.
Prakirawan BMKG Bandara Pattimura Ambon, Agi Wulanda Putra menganalisa tinggi gelombang di sejumlah perairan Maluku bagian Tenggara berkisar 3,5 - 6 meter.
"Tinggi gelombang 3,5 - 6 meter terjadi di laut Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Laut Kei, Kabupaten Maluku Tenggara serta Laut Aru dan Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru berlaku 12 - 16 Januari 2010," katanya.
Kondisi cuaca yang buruk itu merupakan peringatan BMKG yang sudah berlaku pada 3 Januari 2010.
"Sejumlah wilayah di Maluku terjadi konfergensi area sehingga cuaca berawan, peluang terjadi hujan disertai guntur dan petir yang mempengaruhi tinggi gelombang bervariasi 1,5 - 6 meter," kata Agi.
Dia menganalisa kemungkinan intensitas hujan sedang hingga deras terjadi di Laut Maluku, Laut Buru, Laut Ambon, Laut Seram, Laut Geser dan Perairan Kei. Sedangkan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang kemungkin mengguyur Kabupaten Kepulauan Aru.
(T.L005/B013)
"Saya sudah menangguhkan keberangkatan KM Bandaneira dan KM Maloli sejak pekan lalu setelah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Pattimura Ambon mengeluarkan peringatan dini," katanya kepada ANTARA dari Jakarta, Selasa.
Adpel Ambon yang berada di Jakarta untuk urusan dinas itu mengatakan peringatan dini dari BMKG Bandara Pattimura Ambon itu dikeluarkan untuk tanggal 3 - 7 Januari 2009, tetapi kemudian berlanjut dari 7 - 12 Januari 2009 dan terakhir 12 - 16 Januari 2009.
"Kami tidak mau mengambil risiko untuk menerbitkan surat ijin berlayar (SIB) dengan kondisi cuaca buruk, gelombang tinggi, angin dengan kecepatan di atas 40 Km per jam, hujan intensitas sedang hingga deras dibarengi guntur dan kilat," ujarnya.
Karena itu, dia mengarahkan Kepala Seksi Syahbandar Adpel Ambon, Benny Manuputty untuk intensif berkoordinasi dengan BMKG Bandara Pattimura Ambon untuk mengetahui perkembangan cuaca agar menjadi pertimbangan dalam memutuskan keberangkatan kapal perintis itu.
"Operator kapal perintis memang diindikasikan memprovokasi masyarakat pengguna jasa transportasi laut itu untuk mendesak berlayar. Tapi, ketentuan harus ditegakkan agar mengantisipasi musibah laut yang sering setelah terjadi," kata Benny Tangkuman.
Sedangkan Benny Manuputty mengatakan tetap memegang teguh ketentuan peringatan dini dari BMKG Bandara Pattimura Ambon sebagai acuan untuk tidak menerbitkan SIB.
"Secara kasat mata di Teluk Dalam Ambon saja terlihat angin kencang dan gelombang, makanya keinginan masyarakat untuk berlayar ditangguhkan baik menggunakan kapal perintis, kapal layar maupun kapal motor penyeberangan (KMP)," ujarnya.
Dia mengakui tidak juga mengizinkan KMP Tenny trayek Ambon - Namlea, Ibu Kota Kabupaten Buru untuk berlayar.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Prakirawan BMKG Bandara Pattimura Ambon, Agi Wulanda Putra, ternyata tinggi gelombang di laut Buru, perairan Ambon, laut Seram dan Selat Manipa berkisar 1,5 - 2,5 meter," kata Benny.
Prakirawan BMKG Bandara Pattimura Ambon, Agi Wulanda Putra menganalisa tinggi gelombang di sejumlah perairan Maluku bagian Tenggara berkisar 3,5 - 6 meter.
"Tinggi gelombang 3,5 - 6 meter terjadi di laut Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Laut Kei, Kabupaten Maluku Tenggara serta Laut Aru dan Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru berlaku 12 - 16 Januari 2010," katanya.
Kondisi cuaca yang buruk itu merupakan peringatan BMKG yang sudah berlaku pada 3 Januari 2010.
"Sejumlah wilayah di Maluku terjadi konfergensi area sehingga cuaca berawan, peluang terjadi hujan disertai guntur dan petir yang mempengaruhi tinggi gelombang bervariasi 1,5 - 6 meter," kata Agi.
Dia menganalisa kemungkinan intensitas hujan sedang hingga deras terjadi di Laut Maluku, Laut Buru, Laut Ambon, Laut Seram, Laut Geser dan Perairan Kei. Sedangkan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang kemungkin mengguyur Kabupaten Kepulauan Aru.
(T.L005/B013)