Manado (Antarasulut) - Legislator dari daerah pemilihan (Dapil) Bunaken-Bunaken Pulau-Tuminting, Vanda A. Pinontoan, SE,yang juga anggota komisi D DPRD Manado, menjaring aspirasi masyarakat di Pandu, Rabu malam.
Didampingi Camat Bunaken, William Wongkar, Pejabat Dinas Perkim, Sandra, dari Dinas PUPR, Roy Wuisan, serta lurah Pandu, Viane Wongkar, dia menerima berbagai masukan dan keluhan dari masyarakat setempat.
"Aspirasi yang masuk itu antara lain, tentang sistem penyediaan air minum (SPAM), sertifikat prona untuk warga Pandu asal Ternate di lokasi pengungsian dulu, soal lampu jalan, serta perbaikan drainase di wilayah tersebut," kata Vanda.
Pertanyaan, usulan dan masukan disampaikan oleh Yos Maitimu, yang mengangkat tentang proyek drainase, penggalian pipa yang sudah dilakukan berturut-turt dua tahun tetapi belum ada airnya, kemudian jalan penghubung antara beberapa wilayah juga diminta untuk dibangun, dan pertanyakan apakah ada pembangunan fisik tersebut.
Aspirasi juga disampaikan Franky Runtu, yang mempertanyakan juga tentang penggalian pipa tapi belum ada airnya, padahal itu adalah kesulitan yang selalu dihadapi masyarakat di kawasan tersebut. Termasuk yang disampaikan oleh Matius Ratulangi, masih seputaran air bersih dan keluhan tidak adanya konsultan maupun tim teknis, di sekitar area pembangunan instalasi air minum, dan minta agar diperhatikan jangan jadi masalah di kemudian hari.
Vanda mengatakan, semua keluhan disampaikan ditampung akan diteruskan kepada instansi terkait, dan soal pembangunan di wilayah tersebut, pada tahun 2017 ada empat kegiatan yang dilakukan, termasuk adanya jalan tembus dari Bailang ke Pandu, menggunakan dana alokasi khusus.
"Sehingga kelurahan lain merasa Pandu terlalu diperhatikan, sedangkan yang lainnya dianaktirikan sebab banyak perhatian ke Pandu dengan berbagai program," katanya.
Sementara Roy Wuisan, dari PUPR mengatakan, pembangunan sarana air minum itu, dilakukan sejak tahun dan tahun ini sudah dialihkan ke Dinas Perkim, dan mengenai air memang tidak ada reservoar, apalagi karena air itu selalu akan mencari elevasi rendah baru setelah penuh ke yang lebih tinggi.
Sementara Ibu Sandra dari Perkim, mengatakan, memang pembangunan instalasi air, dan dilakukan dua tahun berturut-turut, karena memang sudah diasistensi dan diketahui oleh Kementerian PUPR sehingga menjadi sambungan langsung ke rumah-rumah.
"Di tempat itu, mendapatkan jatah 400 unit rumah, dan yang harus diselesaikan sampai tahun ini, mengenai tidak ada reservoar karena tidak ada lahan, sementara batas waktu yang diberikan oleh pemerintah sudah lewat, sehingga dilewatkan saja, dan diupayakan menggunakan yang sudah tak terpakai agar bisa dimanfaatkan sementara," katanya.***