Lomban Buka Bimtek Pencegahan Kanker Leher Rahim
Lomban mengajak seluruh wanita yang sudah berumah tangga, atau wanita yang sudah memiliki pasangan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pencegahan kanker leher rahim atau serviks dengan cara memeriksakan terlebih dahulu kesehatan khusunya bag
Bitung, (AntaraSulut) - Wali kota Bitung Maximiliaan J Lomban SE, MSi didampingi Sekretaris Kota Bitung Audy Pangemanan, AP, M.Si, Ketua TP-PKK Kota Bitung Ny. Khounny Lomban-Rawung menghadiri sekaligus membuka kegiatan Sosialisasi Bimbingan Teknis Pencegahan Kanker Leher Rahim Dan Tes IVA.
Lomban mengajak seluruh wanita yang sudah berumah tangga, atau wanita yang sudah memiliki pasangan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pencegahan kanker leher rahim atau serviks dengan cara memeriksakan terlebih dahulu kesehatan khusunya bagi para wanita.
Lomban mengatakan, kanker leher rahim atau serviks merupakan kanker yang sangat berbahaya yang dapat merenggut nyawa seseorang. kanker ini adalah tumor ganas yang mengenai leher rahim. Kanker serviks adalah kanker yang disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus) Kanker ini merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh perempuan di Indonesia. Secara statistik, hampir setiap 1 jam terdapat 1 perempuan yang meninggal akibat kanker leher rahim.
Lanjutnya, adapun cara paling efektif untuk mencegah kanker leher rahim atau serviks ini yaitu dngan melakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala minimal 3 tahun sekali, dengan cara Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Lebih lanjut Lomban mengatakan, tes IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan pemberian asam asetat. Setelah dilihat posisinya, leher rahim dipulas dengan asam asetat 3-5%, selama 1 menit. Pemberian ini tidak menyakitkan dan hasilnya langsung saat itu juga dapat disimpulkan Normal (Negatif), atau Positif (ada lesi pra-kanker).
Ia mengatakan, asam asetat atau dikenal dengan asam cuka berguna mendeteksi dini kanker serviks secara mudah dan murah. Metode ini sudah dikenalkan sejak 1925 oleh Hans Hinselman dari Jerman. Cara ini selain mudah dan murah, juga memiliki keakuratan sangat tinggi dalam mendeteksi lesi atau luka prakanker, yaitu mencapai 90%.
Menurut Lomban, deteksi dini sangat diperlukan untuk tetap mencegah munculnya kanker tersebut. Tes ini tidak harus dilakukan oleh dokter, tetapi bisa dipraktikkan oleh tenaga terlatih seperti bidan di puskesmas. "Dan dalam waktu sekitar 60 detik sudah dapat dilihat hasilnya," demikian Lomban.