Manado (ANTARA) - PT PLN UID Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo (Suluttenggo) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dua pulau kecil Kabupaten Kepulauan Kepulauan Sangihe, Sulut.
"Ada dua pulau kecil Lipang dan Laotongan yang warganya mulai menikmati suplai listrik," kata General Manager PLN UID Suluttenggo Usman Bangun, di Manado, Sabtu.
Dua pembangkit hijau yang dibangun di Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah PLTS Lipang dengan kapasitas 93 kilowatt peak (kWp) dan PLTS Laotongan dengan kapasitas 180 kWp.
Kedua pembangkit tersebut merupakan bagian dari 47 PLTS tersebar di 47 desa pada 11 provinsi yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dengan akses yang hanya dapat dilalui menggunakan jalur laut selama 12 jam dari Kota Manado, tantangan geografis tak menyurutkan semangat PLN untuk memberikan akses energi kepada seluruh masyarakat di dua pulau tersebut.
Pada tahap awal, 180 rumah tangga di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan telah menikmati listrik 24 jam.
Ia mengatakan pembangunan PLTS sebagai pembangkit di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan merupakan solusi ramah lingkungan untuk suplai di dua lokasi dengan tantangan geografis tersendiri. Selain pembangunan dua PLTS tersebut, PLN juga membangun jaringan distribusi untuk mengaliri listrik ke seluruh pelanggan.
Agar suplai listrik untuk masyarakat Pulau Lipang dan Pulau Laotongan terus andal, kami juga membangun 1,62 kilometer sirkuit (kms) Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan 2,32 kms Jaringan Tegangan Rendah (JTR) serta 3 buah trafo distribusi dengan total kapasitas 150 kilovolt ampere (kVA) yang menghubungkan listrik dari PLTS ke pelanggan.
"Kami percaya bahwa listrik adalah fondasi utama kemajuan, baik untuk pendidikan, kesehatan, maupun peningkatan ekonomi masyarakat," kata Usman.
Menurutnya, kehadiran listrik tenaga surya di Pulau Lipang dan Pulau Laotongan bukan sekadar memberi terang di malam hari. Ia membawa harapan baru, membuka peluang untuk pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, meningkatkan perekonomian, dan memberi ikatan serta menunjukkan kehadiran negara untuk seluruh masyarakat di wilayah terluar Indonesia.
"Di balik tiap kilowatt energi hijau yang dihasilkan, tersimpan cerita tentang perjuangan dan mimpi yang kini mulai terwujud, menyinari masa depan, menyongsong hari-hari yang lebih cerah," tambah dia.