Wamenlu sebut krisis di Ukraina akan pengaruhi aktivitas ekspor-impor Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar menyatakan krisis di Ukraina dan sanksi yang diterima Rusia akan berpengaruh terhadap aktivitas ekspor dan impor Indonesia dengan kedua negara tersebut.
Meskipun nilai perdagangan kedua negara dengan Indonesia hanya 2 persen dari total perdagangan Indonesia, kedua negara merupakan pasar ekspor minyak kelapa sawit dan karet Indonesia.
"Impor terbesar dari kedua negara adalah gandum yang mencapai nilai hampir 1 miliar dolar AS terutama dari Ukraina, dan bahan baku pupuk khususnya Rusia dan Belarus yang terkena sanksi. Ini yang akan mempengaruhi secara langsung," katanya dalam diskusi daring "Konflik Rusia-Ukraina: Sanksi Ekonomi dan Implikasi Global, Regional, dan Lokal", Kamis.
Sementara itu, pelaku usaha dan pelaku bisnis di Indonesia juga mengalami kesulitan dalam bertransaksi dengan Rusia yang mengalami pemblokiran akses SWIFT.
Kesulitan impor gandum dan bahan baku pupuk, serta kesulitan transaksi keuangan dengan Rusia, diperkirakan akan berdampak cukup signifikan ketersediaan beberapa komoditas di Indonesia.
"Sehingga pemerintah saat ini bekerja sama dengan kalangan pelaku usaha mencoba memitigasi kemungkinan sasaran pasar baru di luar yang terdampak ini secara langsung," katanya.
Ia memperkirakan sanksi-sanksi yang diberikan kepada Rusia akan terus bertambah, terutama sanksi dari negara barat dan sekutunya yang berupaya menekan Rusia agar tidak melanjutkan perang di Ukraina.
Berbeda dari krisis geopolitik lain, kali ini tidak hanya pemerintah, tapi perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi, dan individu-individu juga memberikan sanksi kepada Rusia dengan berbagai cara yang juga berdampak kepada negara-negara lain.
Meskipun nilai perdagangan kedua negara dengan Indonesia hanya 2 persen dari total perdagangan Indonesia, kedua negara merupakan pasar ekspor minyak kelapa sawit dan karet Indonesia.
"Impor terbesar dari kedua negara adalah gandum yang mencapai nilai hampir 1 miliar dolar AS terutama dari Ukraina, dan bahan baku pupuk khususnya Rusia dan Belarus yang terkena sanksi. Ini yang akan mempengaruhi secara langsung," katanya dalam diskusi daring "Konflik Rusia-Ukraina: Sanksi Ekonomi dan Implikasi Global, Regional, dan Lokal", Kamis.
Sementara itu, pelaku usaha dan pelaku bisnis di Indonesia juga mengalami kesulitan dalam bertransaksi dengan Rusia yang mengalami pemblokiran akses SWIFT.
Kesulitan impor gandum dan bahan baku pupuk, serta kesulitan transaksi keuangan dengan Rusia, diperkirakan akan berdampak cukup signifikan ketersediaan beberapa komoditas di Indonesia.
"Sehingga pemerintah saat ini bekerja sama dengan kalangan pelaku usaha mencoba memitigasi kemungkinan sasaran pasar baru di luar yang terdampak ini secara langsung," katanya.
Ia memperkirakan sanksi-sanksi yang diberikan kepada Rusia akan terus bertambah, terutama sanksi dari negara barat dan sekutunya yang berupaya menekan Rusia agar tidak melanjutkan perang di Ukraina.
Berbeda dari krisis geopolitik lain, kali ini tidak hanya pemerintah, tapi perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi, dan individu-individu juga memberikan sanksi kepada Rusia dengan berbagai cara yang juga berdampak kepada negara-negara lain.