Manado, 22/9 (Antara) - International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) Annual Meetings (AM) adalah pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Gubernur World Bank dan IMF pada bulan Oktober 2018, untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini yakni outlook ekonomi global, stabilitas keuangan global, kemiskinan, pembangunan, lapangan kerja, perubahan iklim dan isu global lainnya.

Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengatakan dampak langsung dari penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-WB terhadap Indonesia adalah, selain Indonesia semakin dikenal oleh dunia, kepercayaan serta pandangan baik negara-negara dunia terhadap Indonesia akan semakin kuat.

Khususnya, katanya, karena Indonesia terbukti mampu menyelenggarakan pertemuan besar tingkat dunia, yang dihadiri oleh para pemimpin/Kepala Negara anggota IMF-WB.

Hal tersebut selanjutnya akan mendorong masuknya modal ke Indonesia yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan kapasitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dampak jangka pendek yang segera dirasakan adalah meningkatnya belanja oleh orang asing di Bali, baik untuk hotel, restaurant, transportasi, dan lain-lain.

Selama penyelenggaraan acara devisa yang masuk, sektor ekonomi di Bali akan meningkat.

Kehadiran delegasi negara dunia dalam pertemuan tersebut juga menjadi ajang promosi wisata dan potensi ekonomi Indonesia kepada dunia.

Dunia akan semakin mengenal Indonesia, katanya, dan harapannya mereka juga akan melihat bahwa Indonesia itu tidak hanya Bali, melainkan masih banyak daerah lainnya di luar Bali yang layak untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata maupun investasi yang menjanjikan.

Soekowardojo menjelaskan dampak ke Provinsi Sulut tentunya akan positif, mengingat posisi geografis Sulut yang sama-sama di Kawasan Timur Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, katanya, Sulut dapat memanfaatkan kehadiran delegasi negara anggota IMF-WB untuk mempromosikan potensi wisata dan ekonominya, sehingga diharapkan Sulut akan semakin dikenal baik oleh wisatawan asing, dan negara-negara yang selama ini belum pernah ke Sulut serta investor yang hadir di IMF-WB Annual Meeting tersebut.

Peluang tersebut tentunya perlu dimanfaatkan dengan baik oleh Sulut untuk mempromosikan Daerah Nyiur Melambai, baik potensi wisata maupun ekonominya.

Dengan demikian, besar kecilnya impact IMF-WB Annual Meeting terhadap Sulut dan Indonesia bagian Timur secara keseluruhan, tentunya akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam menjual dan mempromosikan Sulut kepada delegasi asing pada pertemuan tersebut.

Wakil Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Sulut Ivanry Matu mengatakan kegiatan internasional IMF-WB Annual Meeting di Bali nantinya sangat bagus sekali bagi daerah-daerah di Indonesia.

Harapan besar Provinsi Sulut, kegiatan tersebut akan berdampak di Sulut ataupun Indonesia Timur secara keseluruhan, sehingga pelayanan dan kesiapan harus ditingkatkan.

Sehingga, katanya, Sulut yang ditargetkan menjadi lokasi wisata kedua dari Bali akan ikut merasakan dampak positif dari kegiatan internasional tersebut.

Kepala Task Force IMF-WB Annual Meeting 2018 Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan pertemuan tahunan International Monetery Fund dan World Bank (IMF-WB annual meeting/AM) di Bali pada 12-14 Oktober 2018 harus dijadikan momentum untuk mempercepat kemajuan Indonesia.

Sebab, perhelatan ekonomi terbesar di dunia itu bisa memberikan banyak manfaat bagi perekonomian Indonesia mulai dari investasi, perdagangan, hingga pariwisata.

Jadi, Indonesia sebagai tuan rumah harus melihat event ini bukan hanya sekadar pertemuan tahunan IMF-WB belaka, tetapi bagaimana bisa mengoptimalkan manfaatnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek maupun panjang.

Para peserta IMF-WB annual meeting/AM meliputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dan 189 negara anggota IMF, akademisi, think tank, anggota parlemen, NGO, dan media.

Disamping pertemuan Dewan Gubernur WB dan IMF, dalam rangkaian AM diselenggarakan juga pertemuan Development Committee (DC), International Monetary and Financial Committee (IMFC). serta sejumlah side events seperti seminar pemuda, workshop terkait teknologi, konferensi pers, dll. Dengan ribuan pertemuan yang diselenggarakan, jumlah total peserta berbagai kegiatan tersebut dlperkirakan mencapai angka 15.000 orang.

Di antara negara ASEAN-5, Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang belum pernah menjadi tuan rumah AM. Sementara Filipina, Thailand, dan Singapura sudah terlebih dahulu mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah AM, pada tahun 1976, 1991, dan 2006. Padahal, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan yang stabil dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global, sudah semestinya Indonesia diberi kesempatan untuk menunjukkan kapabilitas dan kepemimpinannya dengan menjadi tuan rumah AM.

Kegiatan ini, katanya, merupakan moment yang sangat penting bagi Indonesia, karena dengan kehadiran otoritas dan pelaku sektor keuangan dan negara anggota lMF-WB (Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dan 189 negara), peran Indonesra sebagai tuan rumah menjadi sangat strategis.

Pertama, katanya, jumlah peserta dan berbagal rangkalan pertemuan ini diperkirakan mencapai 15.000 orang dan berbagai negara.

Kedua, peserta pertemuan merupakan pejabat pembuat kebijakan dan berbagai negara serta pimpinan perusahaan dan investor terkemuka, sehingga menjadi ajang yang sangat strategrs untuk mendorong dialog, promosi dan keputusan investasi.

Ketiga, kegiatan ini disebut sebagai salah satu pertemuan keuangan terbesar di dunia, sehingga perhatian dunia ekonomi akan tertuju pada negara penyelenggara pertemuan. Kondisi ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan persepsi positif Indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwa lndonesia merupakan negara yang aman, mempunyai infrastruktur dan fasilitas yang baik, serta stabilitas makroekonomi yang terjaga.

Keempat, kehadiran 15.000 orang ke Indonesia tentu mampu mendongkrak penerimaan devisa yang berasal dan sektor transponasi, akomodasi, termasuk belanja, juga menjadi momen strategis untuk mempromosikan keindahan pariwisata Indonesia, tidak hanya Bali, tetapi juga berbagai destinasi Wisata lain yang menjadi unggulan.

Kelima, keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah kegiatan ini agar menunjukkan leadership Indonesia di kawasan, khususnya peran aktif dalam mendorong image ASEAN sebagai salah satu penggerak utama perekonomian dunia.

Penyelenggaraan IMF-WB annual meeting/AM 2018 akan memberikan potensi penerimaan devisa dari kehadiran dan aktifitas tambahan dari seluruh peserta sebelum, selama dan setelah AM 2018.

Potensi penerimaan devisa diperkirakan minimal Rp725 miliar sepanjang pelaksanaan AM 2018 mengingat kehadiran peserta baik delegasi maupun turis yang dapat mencapai 15.000 orang.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Nancy Lynda Tigauw
Copyright © ANTARA 2024