Washington, (Antara/Reuters) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin memerintahkan pengusiran 60 warga negara Rusia dan menutup konsulat Rusia di Seattle sebagai tanggapan atas serangan racun saraf pada awal bulan ini di Inggris, demikian pejabat senior AS.
Hal tersebut merupakan tindakan tersulit yang diambil Trump terhadap Rusia, menyusul apa yang disebut salah satu pejabat sebagai "upaya sembrono" oleh pemerintah Rusia pada 4 Maret untuk menyerang mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia dengan racun saraf kelas militer.
Dua orang itu ditemukan tumbang di sebuah bangku di Kota Salisbury, Inggris selatan dan masih dalam keadaan sakit kritis di rumah sakit.
"Kepada pemerintah Rusia, kami katakan: ketika Anda menyerang rekan-rekan kami, Anda akan menghadapi konsekuensi serius," kata seorang pejabat senior pemerintah AS kepada wartawan, yang berbicara dalam kondisi anonim.
Moskow membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan telah melakukan balasan atas pengusiran Inggris terhadap 23 warga Rusia dengan memerintahkan pengusiran kepada orang Inggris dengan jumlah yang sama.
Kremlin mengatakan jelang pengumuman AS bahwa pihaknya akan menganggapi hal tersebut dengan cara yang sama.
Serangan tersebut merupakan penggunaan racun saraf yang pertama kali di Eropa sejak Perang Dunia II, dan negara-negara anggota Uni Eropa sepakat pada Jumat untuk mengambil langkah-langkah tambahan terhadap Rusia. Jerman, Prancis, Belanda, Denmark, Polandia, Latvia, Lithuania dan Estonia mengumumkan pengusiran warga negara Rusia pada Senin.
Konsulat Seattle di negara bagian West Coast, Washington, terpilih untuk ditutup karena kedekatannya dengan pangkalan kapal selam AS dan pembuat pesawat Boeing, demikian pejabat AS.
Perintah Trump juga termasuk 12 warga negara Rusia yang dijelaskan oleh pejabat AS sebagai perwira intelijen Rusia dari misi Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, dan mencerminkan kekhawatiran AS bahwa kegiatan intelijen Rusia semakin agresif.
Para pejabat AS mengatakan, para diplomat Rusia telah menyalahgunakan hak-hak diplomatik mereka di AS dan di seluruh dunia.
"Mereka bersembunyi di balik lapisan kekebalan diplomatik, sementara secara aktif terlibat dalam operasi intelijen yang melemahkan negara yang mereka tinggali dalam demokrasi, yang mereka ingin minimalisir," demikian seorang pejabat.
"Dengan tindakan hari ini, kami mengusir sejumlah besar perwira intelijen Rusia yang tidak dapat diterima untuk tinggal di Amerika Serikat," demikian pejabat itu.
Hal tersebut merupakan tindakan tersulit yang diambil Trump terhadap Rusia, menyusul apa yang disebut salah satu pejabat sebagai "upaya sembrono" oleh pemerintah Rusia pada 4 Maret untuk menyerang mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia dengan racun saraf kelas militer.
Dua orang itu ditemukan tumbang di sebuah bangku di Kota Salisbury, Inggris selatan dan masih dalam keadaan sakit kritis di rumah sakit.
"Kepada pemerintah Rusia, kami katakan: ketika Anda menyerang rekan-rekan kami, Anda akan menghadapi konsekuensi serius," kata seorang pejabat senior pemerintah AS kepada wartawan, yang berbicara dalam kondisi anonim.
Moskow membantah bertanggung jawab atas serangan itu dan telah melakukan balasan atas pengusiran Inggris terhadap 23 warga Rusia dengan memerintahkan pengusiran kepada orang Inggris dengan jumlah yang sama.
Kremlin mengatakan jelang pengumuman AS bahwa pihaknya akan menganggapi hal tersebut dengan cara yang sama.
Serangan tersebut merupakan penggunaan racun saraf yang pertama kali di Eropa sejak Perang Dunia II, dan negara-negara anggota Uni Eropa sepakat pada Jumat untuk mengambil langkah-langkah tambahan terhadap Rusia. Jerman, Prancis, Belanda, Denmark, Polandia, Latvia, Lithuania dan Estonia mengumumkan pengusiran warga negara Rusia pada Senin.
Konsulat Seattle di negara bagian West Coast, Washington, terpilih untuk ditutup karena kedekatannya dengan pangkalan kapal selam AS dan pembuat pesawat Boeing, demikian pejabat AS.
Perintah Trump juga termasuk 12 warga negara Rusia yang dijelaskan oleh pejabat AS sebagai perwira intelijen Rusia dari misi Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, dan mencerminkan kekhawatiran AS bahwa kegiatan intelijen Rusia semakin agresif.
Para pejabat AS mengatakan, para diplomat Rusia telah menyalahgunakan hak-hak diplomatik mereka di AS dan di seluruh dunia.
"Mereka bersembunyi di balik lapisan kekebalan diplomatik, sementara secara aktif terlibat dalam operasi intelijen yang melemahkan negara yang mereka tinggali dalam demokrasi, yang mereka ingin minimalisir," demikian seorang pejabat.
"Dengan tindakan hari ini, kami mengusir sejumlah besar perwira intelijen Rusia yang tidak dapat diterima untuk tinggal di Amerika Serikat," demikian pejabat itu.