Tondano (AntaraSulut) - Nasib tragis dialami ratusan lulusan Universitas Negeri Manado (Unima). Pasalnya, ratusan sarjana muda ini hingga kini belum memegang atau menerima ijazah. Padahal, sudah diwisuda sejak Oktober 2016.

"Kami sudah diwisuda sejak Oktober 2016. Tapi sampai sekarang belum menerima ijazah. Kami ada banyak, mungkin ratusan. Ada teman-teman dari Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam dan fakultas lain," ungkap Aldo bersama rekan-rekannya kepada Antara belum lama ini.

"Sudah beberapa kali mencoba menghadap rektor dan pegawai yang membidangi itu, tetapi ijazah belum ada juga sampai sekarang. Mereka selalu janji akan segera diberikan, namun sudah hampir satu tahun belum juga ada realisasinya," ungkap mereka.

Sebelumnya, kata mereka, memang ada kecacatan administrasi yang diduga dilakukan oknum pimpinan dan birokrasi Unima. Hal itu menyebabkan Rektor Unima Prof DR Julyeta Paula Runtuwene MS DEA takut untuk menandatangani ijazah tersebut.

"Sekarang mengesankan kami yang tidak kuliah dengan baik sehingga belum dapat ijazah. Padahal yang tidak beres adalah manajemen Unima," kata mereka.

Mereka mengaku, paham dan memaklumi bila rektor masih takut membubuhi ijazah mereka saat ini. Karena situasi Unima masih bergejolak. Dan ini bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin menjatuhkan rektor. Tapi saat ini, menurut mereka sudah terlalu lama, sudah hampir satu tahun.

"Kami butuh solusi secepatnya," tambah mereka.

"Padahal saat ini banyak lowongan kerja untuk lulusan S1. Namun karena tidak ada ijazah, hingga kini status kami masih pengangguran," keluh mereka.

Mereka pun bermohon, kiranya pimpinan di Unima bisa mempercepat penyelesaian ijazah, sehingga ratusan wisudawan ini sudah bisa menerima hak mereka.

"Kepada para petinggi Unima tolong agar supaya ijazah kami segera diberikan. Apapun masalahnya, kami sudah kuliah dengan baik dan berhak mendapatkan ijazah," seru mereka.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi, rektor Unima melalui Pembantu Rektor IV Rony Tuna mengatakan, biro akademik Unima sudah diperintahkan untuk mempercepat penyelesaiannya.

"Memang sudah ada komunikasi antara ibu rektor dan Biro Akademik untuk menyelesaikan permasalahan ini. Jadi masalah ini sementara diselesaikan," ungkap Tuna.

Kemudian, lanjut Tuna, rektor tidak mau tanda tangan karena isu beredar ribuan sarjana sudah pegang ijazah tapi belum terdaftar di pangkalan data.

"Apa artinya sudah pegang ijazah tapi tidak diakui," sentilnya.

Maka dari itu, tambah Rony, supaya tidak jadi masalah, rektor belum menandatangani ijazah tersebut.

"Ijazah itu belum ditandatangani, dan untuk sementara masih dalam proses penelitian, jika sudah ditandatangani serta selesai administrasinya selanjutnya akan diserahkan ke pemiliknya. Kelemahan di Indonesia adalah yang menandatangani ijazah adalah dekan, rektor. Tapi kalau di luar negeri adalah ketua jurusan. Karena yang paling tahu proses perkuliahan mahasiswa adalah ketua jurusan dimana dia menimbah ilmu," pungkasnya.

Pewarta : Martsindy Rasuh
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024