Manado (ANTARA) - Kegiatan Pasar Murah Natal 2023 di sejumlah pasar di Sulawesi Utara ditargetkan mampu menjaga kestabilan angka inflasi di provinsi tersebut.
"Sejak bulan November 2023 kami telah melakukan Pasar Murah Natal, sehingga masyarakat tidak perlu ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan pokok," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut Daniel Mewengkan, di Manado, Kamis.
Daniel mengatakan dalam Pasar Murah Natal tahun 2023 ini pihaknya menjual beras, minyak goreng, telur, tepung terigu, gula pasir dengan harga yang jauh lebih murah.
"Saya harap masyarakat manfaatkan kegiatan pasar murah ini," katanya.
Ia menjelaskan jika masyarakat membeli bahan pokok di pasar murah, otomatis permintaan di pasar akan tetap stabil, sehingga tidak akan ada lonjakan harga menjelang akhir tahun ini.
Dengan begitu, katanya, angka inflasi di Sulut hingga akhir tahun 2023 akan tetap terjaga stabil.
Dia mengatakan agar masyarakat tidak perlu khawatir, karena stok kebutuhan pokok cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Kadisperindag menjelaskan biasanya yang selalu mendorong inflasi Kota Manado yakni volatile food, sehingga melalui penjualan di pasar murah Natal, diharapkan harga akan tetap stabil di pasaran.
Kepala Badan Pusat Statistik Sulut Asim Saputra mengatakan Kota Manado mengalami inflasi 0,94 persen pada bulan Oktober 2023, dan sampai dengan Oktober 2023, inflasi tahun kalender sebesar 1,89 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun mencapai 2,24 persen.
Sementara di Kota Kotamobagu terjadi inflasi 0,59 persen. Inflasi tahun kalender di Kota Kotamobagu sebesar 1,87 persen dan inflasi tahun ke tahun 3,59 persen.
Ia mengatakan, secara month to month (mtm), kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi tertinggi yakni mencapai 3,12 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,9296 persen. Kelompok tersebut merupakan satu dari empat kelompok yang mengalami inflasi. Sementara empat kelompok mengalami deflasi, dan tiga kelompok lainnya tetap.
Dilihat dari jenis komoditas, yang menjadi pendorong inflasi terbesar adalah beras yang mencapai 0,5189 persen. Sebaliknya, komoditas penahan inflasi adalah angkutan udara sebesar 0,0374 persen.
Komoditas lainnya yang menjadi pendorong inflasi adalah cabai rawit 0,3767 persen, Ikan Malalugis 0,0613 persen, cabai merah 0,0261 persen dan daging babi 0,0261 persen. Sementara komoditas penahan inflasi adalah angkutan udara sebesar 0,0374 persen, Ikan Deho 0,0310 persen, semangka 0,0300 persen, air kemasan 0,0286 persen dan bawang merah 0,0252 persen.
"Sejak bulan November 2023 kami telah melakukan Pasar Murah Natal, sehingga masyarakat tidak perlu ke pasar untuk membeli bahan kebutuhan pokok," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut Daniel Mewengkan, di Manado, Kamis.
Daniel mengatakan dalam Pasar Murah Natal tahun 2023 ini pihaknya menjual beras, minyak goreng, telur, tepung terigu, gula pasir dengan harga yang jauh lebih murah.
"Saya harap masyarakat manfaatkan kegiatan pasar murah ini," katanya.
Ia menjelaskan jika masyarakat membeli bahan pokok di pasar murah, otomatis permintaan di pasar akan tetap stabil, sehingga tidak akan ada lonjakan harga menjelang akhir tahun ini.
Dengan begitu, katanya, angka inflasi di Sulut hingga akhir tahun 2023 akan tetap terjaga stabil.
Dia mengatakan agar masyarakat tidak perlu khawatir, karena stok kebutuhan pokok cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Kadisperindag menjelaskan biasanya yang selalu mendorong inflasi Kota Manado yakni volatile food, sehingga melalui penjualan di pasar murah Natal, diharapkan harga akan tetap stabil di pasaran.
Kepala Badan Pusat Statistik Sulut Asim Saputra mengatakan Kota Manado mengalami inflasi 0,94 persen pada bulan Oktober 2023, dan sampai dengan Oktober 2023, inflasi tahun kalender sebesar 1,89 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun mencapai 2,24 persen.
Sementara di Kota Kotamobagu terjadi inflasi 0,59 persen. Inflasi tahun kalender di Kota Kotamobagu sebesar 1,87 persen dan inflasi tahun ke tahun 3,59 persen.
Ia mengatakan, secara month to month (mtm), kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi tertinggi yakni mencapai 3,12 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,9296 persen. Kelompok tersebut merupakan satu dari empat kelompok yang mengalami inflasi. Sementara empat kelompok mengalami deflasi, dan tiga kelompok lainnya tetap.
Dilihat dari jenis komoditas, yang menjadi pendorong inflasi terbesar adalah beras yang mencapai 0,5189 persen. Sebaliknya, komoditas penahan inflasi adalah angkutan udara sebesar 0,0374 persen.
Komoditas lainnya yang menjadi pendorong inflasi adalah cabai rawit 0,3767 persen, Ikan Malalugis 0,0613 persen, cabai merah 0,0261 persen dan daging babi 0,0261 persen. Sementara komoditas penahan inflasi adalah angkutan udara sebesar 0,0374 persen, Ikan Deho 0,0310 persen, semangka 0,0300 persen, air kemasan 0,0286 persen dan bawang merah 0,0252 persen.