Manado (ANTARA) - Senator Dewan Perwakilan Daerah RI dari Sulawesi Utara, Stefanus BAN Liow mengatakan vaksin Flu babi masih sementara diuji Komisi Keamanan Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Angka kematian ternak babi yang terinfeksi virus flu babi Afrika di Sulut bisa mencapai 100 persen, dan pasti akan memberikan dampak kerugian ekonomi secara signifikan," sebut Stefanus di Manado, Minggu.

Menurut dia, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI telah menyebutkan vaksin tersebut masih diuji oleh Komisi Keamanan Hayati KLHK karena mengandung produk rekayasa genetik.

"Vaksin dan obat yang akan dipakai di Indonesia sesuai mekanisme dan aturan harus diuji terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.

Menurut senator itu, memang vaksin belum ditemukan di dunia, sehingga edukasi peternak termasuk menjaga kebersihan kandang dan ternak menjadi utama.

"Harus juga dilakukan pengetatan lalu lintas ternak di pintu-pintu masuk menuju ke Sulawesi Utara," ujarnya.

Dia pun menyayangkan indikasi masuknya Flu Babi ke provinsi tersebut melalui jalan-jalan tikus setelah pemerintah daerah dan petugas keamanan memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk atau perbatasan.

Kasus 'African Swine Fever' (ASF) yang masuk ke Sulut direspon kepanikan peternak dengan menjual daging babi lebih murah dari harga biasanya.

Biasanya, di pasar tradisional biasanya dijual seharga Rp60-65 ribu per kilogram, sementara setelah kasus ini ditemukan di Sulut harganya mencapai Rp25-30 ribu per kilogram.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2024