Manado (ANTARA) - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara meningkatkan kapasitas pendamping ibu hamil dan ibu pascapersalinan untuk mencegah stunting.
"BKKBN Sulut sangat memberikan mengapresiasi perwakilan bidang KB dan kader KB kabupaten dan kota yang hadir dan tetap melakukan pendampingan pada ibu hamil dan ibu pascapersalinan," sebut Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano T Tandaju di Manado, Kamis.
Salah satu penyebab stunting adalah pernikahan dini sehingga peran penting antara organisasi perangkat daerah KB di kabupaten dan kota bersama dengan BKKBN Provinsi Sulut bersinergi mengurangi resiko penyakit ini.
"Semua pihak harus mengambil peran dalam menurunkan angka stunting di Provinsi Sulut. Karena itu kader KB diharapkan dapat memahami apa saja yang dapat dilakukan ketika melakukan pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan," kata Diano.
Dia berharap, angka angka stunting di provinsi berpenduduk lebih 2,6 juta jiwa tersebut terus menurun dan mencapai 12 persen di akhir tahun.
Sementara angka stunting Provinsi Sulut saat ini sebagaimana hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 sebesar 20,5 persen.
Selanjutnya, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Provinsi Sulut, dr. Stefanus Gunawan, Sp.A(K), MSi.Med, mengatakan ada beberapa hal yang sangat penting dilakukan dalam pendampingan ibu hamil dan pascapersalinan antara lain Weight Faltering atau kenaikan berat badan yang tidak cukup.
Hal ini menurut dia, harus dideteksi dan ditangani secara tepat untuk mencegah masalah gizi yang lebih berat termasuk stunting.
Begitupun intensitas pengukuran berat badan bayi dan anak dilakukan secara teratur dan tepat, serta pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI tepat waktu.
Sementara, Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Cabang Provinsi. Sulut, Prof. Dr.dr. John E. Wantania,Sp.OG,KFM mengatakan, periode emas 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) adalah fase yang sangat penting di masa kehamilan.
"Pada 270 HPK adalah saat paling penting dalam melakukan pendampingan, harus benar-benar memperhatikan asupan gizi ibu hamil maupun anak," ujarnya.
"BKKBN Sulut sangat memberikan mengapresiasi perwakilan bidang KB dan kader KB kabupaten dan kota yang hadir dan tetap melakukan pendampingan pada ibu hamil dan ibu pascapersalinan," sebut Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano T Tandaju di Manado, Kamis.
Salah satu penyebab stunting adalah pernikahan dini sehingga peran penting antara organisasi perangkat daerah KB di kabupaten dan kota bersama dengan BKKBN Provinsi Sulut bersinergi mengurangi resiko penyakit ini.
"Semua pihak harus mengambil peran dalam menurunkan angka stunting di Provinsi Sulut. Karena itu kader KB diharapkan dapat memahami apa saja yang dapat dilakukan ketika melakukan pendampingan ibu hamil dan ibu pascapersalinan," kata Diano.
Dia berharap, angka angka stunting di provinsi berpenduduk lebih 2,6 juta jiwa tersebut terus menurun dan mencapai 12 persen di akhir tahun.
Sementara angka stunting Provinsi Sulut saat ini sebagaimana hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 sebesar 20,5 persen.
Selanjutnya, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Provinsi Sulut, dr. Stefanus Gunawan, Sp.A(K), MSi.Med, mengatakan ada beberapa hal yang sangat penting dilakukan dalam pendampingan ibu hamil dan pascapersalinan antara lain Weight Faltering atau kenaikan berat badan yang tidak cukup.
Hal ini menurut dia, harus dideteksi dan ditangani secara tepat untuk mencegah masalah gizi yang lebih berat termasuk stunting.
Begitupun intensitas pengukuran berat badan bayi dan anak dilakukan secara teratur dan tepat, serta pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI tepat waktu.
Sementara, Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Cabang Provinsi. Sulut, Prof. Dr.dr. John E. Wantania,Sp.OG,KFM mengatakan, periode emas 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) adalah fase yang sangat penting di masa kehamilan.
"Pada 270 HPK adalah saat paling penting dalam melakukan pendampingan, harus benar-benar memperhatikan asupan gizi ibu hamil maupun anak," ujarnya.