Manado (ANTARA) - Terjangan banjir menjadi cerita sedih tersendiri, bagi sejumlah warga Manado, terutama yang berada di wilayah yang paling parah, seperti Sumompo. Seperti yang dialami para petugas Lapas Manado yang menempati rumah dinas di sekitar LP. 

Para petugas Lapas Manado, yang rumah dinasnya hanya berjarak sekitar 20 meter dari LP itu, tidak bisa berbuat banyak menyelamatkan barang-barang miliknya. Karena air naik dengan sangat cepat, sejak pagi, sehingga kebingungan untuk menyelamatkan diri. 

Walhasil hampir semua petugas Lapas Manado, merelakan rumah dinasnya "dimasuki" air. Tak ada satupun perabotan yang bisa diselamatkan, mulai dari elektronik sampai barang dapur. 

"Bisa dikatakan, para petugas Lapas yang tinggal di rumah dinas, kehilangan semua peralatan elektronik miliknya, seperti TV. Kulkas, mesin cuci, dispenser, sampai ke furnitur, tempat tidur, dan perlengkapan dapur tidak ada yang terselamatkan," kata Kalapas Manado, Maurlye Simbolon, SH, di Manado, Senin. 

Dia mengatakan, karena hampir semua rumah dinas dilanda banjir, maka untuk masak saja tak bisa lagi. Maka rumah dinas Kalapas dijadikan sebagai dapur umum, bagi para penghuni Lapas dan juga para pegawai yang tak bisa beraktivitas lebih.  Wakil ketua PIPAS Sulut, Leonie Simbolon dan pengurus lainnya (Jp/ANTARA) (1)
Tetapi peristiwa tersebut langsung mendapatkan perhatian dari Paguyuban Ibu-Ibu Pemasyarakatan (PIPAS) RI, Sulawesi Utara dan Jawa Tengah. 

Wakil Ketua PIPAS Sulawesi Utara, Leonie Simbolon Tampinongkol, mengatakan, begitu banjir melanda, Ketua PIPAS Sulawesi Utara, Setiorini I Putu Murdiana melaporkan itu ke pusat. Langsung mendapatkan tanggapan,  karena tak lama bantuan datang. 

"Kami menerima bantuan dari PIPAS Pusat Rp 25 Juta, juga dari ketua umum, Ana Reynhard Silitonga, yang memberikan bantuan Rp 15 juta, juga ada dari Sulawesi Utara sekitar Rp 5 jutaan dan dari Jawa Tengah masih dalam perjalanan," kata Leoni. 

Semua bantuan kemudian dibelikan kebutuhan seperti sembako, pakaian dalam, karena sangat diperlukan oleh para korban yang merupakan petugas Lapas dan keluarganya. 

Meskipun bersedih, dia mengakui pihaknya masih tetap bersyukur, karena di tengah kesusahan masih banyak yang peduli. Banyak yang berempati dan bersimpati dengan memberikan bantuan. 

"Biarpun dilanda kesusahan masih ada sukacita, karena banyak yang peduli dan sayang pada kami," katanya. 

Sementara itu, karena kondisi yang serba tidak memungkinkan, untuk menolong para petugas Lapas dan keluarganya, maka rumah dinas Keoala Lapas menjadi dapur umum, sampai kondisi menjadi kondusif kembali. 
 

Pewarta : Joyce Hestyawatie B

Copyright © ANTARA 2024