Manado (ANTARA) - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara mendorong peran remaja dalam menurunkan angka stunting di provinsi tersebut.
"Permasalahan remaja akhir-akhir ini sangat kompleks di antaranya meningkatnya perkawinan usia dini bahkan ada di usia 13 tahun, terlibat dalam pertikaian, kekerasan, seks bebas dan napza," kata Kepala BKKBN Sulut Diano Tino Tandaju pada 'Konsolidasi Pencegahan Stunting dari Hulu bagi Remaja dan Pembina Remaja/Orang Tua' di Manado, Kamis.
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif.
Karena itu dia berharap peran orang tua dituntut memberikan teladan dan parenting yang optimal, sementara dan pembina remaja didorong memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, gizi dan perencanaan keluarga.
Dia berharap konsolidasi itu akan menekan angka kelahiran di usia remaja karena dapat beresiko pada lahirnya anak stunting karena belum siap dari sisi usia dan belum direncanakan secara matang.
Selanjutnya, Kepala Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil dan Dukcapil dan Keluarga Berencana Daerah Provinsi Sulut, Lynda Wantania mengatakan remaja adalah aset pembangunan bangsa menjadi hulu terhadap pencegahan stunting.
"Persiapan setiap remaja sebagai calon keluarga baru, sebagai calon orang tua, harus menjadi salah satu fokus utama dalam upaya pencegahan stunting," katanya.
Setiap remaja perlu dipersiapkan agar memiliki perencanaan sebelum menjalani kehidupan berkeluarga, sehingga bisa tercipta keluarga yang berkualitas yang antara lain diindikasikan dengan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam pencegahan stunting.
Konsolidasi pencegahan stunting dari hulu yang digelar BKKBN Sulut menghadirkan sekitar 200 peserta remaja, pembina PIK-R jalur pendidikan dan masyarakat di Kota Manado, pengurus PIK-R dan guru bimbingan konseling, pengurus forum GenRe Indonesia, pengurus forum anak Provinsi Sulut dan Pengurus Ikatan Nyong-Noni Sulut.*
"Permasalahan remaja akhir-akhir ini sangat kompleks di antaranya meningkatnya perkawinan usia dini bahkan ada di usia 13 tahun, terlibat dalam pertikaian, kekerasan, seks bebas dan napza," kata Kepala BKKBN Sulut Diano Tino Tandaju pada 'Konsolidasi Pencegahan Stunting dari Hulu bagi Remaja dan Pembina Remaja/Orang Tua' di Manado, Kamis.
Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif.
Karena itu dia berharap peran orang tua dituntut memberikan teladan dan parenting yang optimal, sementara dan pembina remaja didorong memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, gizi dan perencanaan keluarga.
Dia berharap konsolidasi itu akan menekan angka kelahiran di usia remaja karena dapat beresiko pada lahirnya anak stunting karena belum siap dari sisi usia dan belum direncanakan secara matang.
Selanjutnya, Kepala Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil dan Dukcapil dan Keluarga Berencana Daerah Provinsi Sulut, Lynda Wantania mengatakan remaja adalah aset pembangunan bangsa menjadi hulu terhadap pencegahan stunting.
"Persiapan setiap remaja sebagai calon keluarga baru, sebagai calon orang tua, harus menjadi salah satu fokus utama dalam upaya pencegahan stunting," katanya.
Setiap remaja perlu dipersiapkan agar memiliki perencanaan sebelum menjalani kehidupan berkeluarga, sehingga bisa tercipta keluarga yang berkualitas yang antara lain diindikasikan dengan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam pencegahan stunting.
Konsolidasi pencegahan stunting dari hulu yang digelar BKKBN Sulut menghadirkan sekitar 200 peserta remaja, pembina PIK-R jalur pendidikan dan masyarakat di Kota Manado, pengurus PIK-R dan guru bimbingan konseling, pengurus forum GenRe Indonesia, pengurus forum anak Provinsi Sulut dan Pengurus Ikatan Nyong-Noni Sulut.*