Pontianak (ANTARA) - Kawasan Ekowisata Telok Berdiri di Sungai Kupah, Kubu Raya, Kalimantan Barat, berada di pesisir barat Pulau Kalimantan yang berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan kini menjadi sorotan dan destinasi tujuan wisatawan baik lokal maupun luar untuk menikmati suasana pesisir dan indahnya kawasan mangrove (bakau).

Hadirnya Ekowisata Telok Berdiri Desa Sungai Kupah yang ramai dikunjungi setiap harinya terutama saat ujung pekan tidak terlepas peran pemuda mangrove Sungai Kupah sebagai garda terdepan menyulap kawasan dulu sepi kini diminati.

Rudi Hartono adalah sosok dibalik pemuda mangrove Sungai Kupah yang mampu menggerakkan masyarakat untuk peduli lingkungan dan menjadi tujuan wisata berbasis alam atau lingkungan tersebut.

Pemuda kelahiran 1995 mengaku di awal gerakan bersama beberapa rekannya sempat mendapat cibiran, caci maki dan bahkan sempat mendapat penolakan oleh sebagian warga. Selain itu, aksi mereka yang membuat kawasan hutan bakau itu juga diremehkan dan kawasan yang dibuat tidak bakal dikunjungi oleh siapa pun selain monyet.

Apa pun tantangan di awal tidak menyurutkan langkah mereka untuk berbuat dan membuat sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan atau kehidupan. Modal semangat dan saling menguatkan sesama pemuda gerakan yang dimulai 2017 silam tersebut tetap dijalankan.

Aksi kepedulian tanpa pamrih yang terus digalakkan mulai dilirik pada 2019. Saat itu di kawasan tersebut dibantu oleh pemerintah membuat lintasan mangrove atau jalan dari kayu dan juga ada gazebo sebagai titik kumpul dan lainnya.

Dengan adanya bantuan fasilitas lintasan  mangrove secara pelan dan pasti meyakinkan pemuda dan masyarakat setempat bahwa selama ini yang dianggap remah ternyata berbalik 360 derajat, mendapat apresiasi.



Dianugerahi Kalpataru

Gerakan gotong royong membenahi kawasan semakin digiatkan dan bahkan sudah melibatkan warga. Bantuan fasilitas dan perhatian dari pemerintah desa, kabupaten dan provinsi pun mulai hadir.

"Kalau mau diceritakan, di awal perjuangan kami sangat sedih. Sering dicaci, itu pasti. Namun, itu bukan melemahkan kami justru itu motivasi kami dan kami akan tunjukkan dengan prestasi dan aksi. Bersyukur sekarang apa yang dimimpikan perlahan terwujud," ujar Rudi yang merupakan alumni Universitas Tanjungpura tersebut, di Pontianak.

Saat ini, gerakan Rudi Hartono berserta rekannya dan sudah didukung masyarakat setempat bukan hanya fokus melakukan penanaman jenis tanaman bakau, api-api dan berembang untuk dijadikan kawasan hutan mangrove tersebut sudah mulai melakukan pemberdayaan.

Pemberdayaan tersebut mulai pengembangan destinasi wisata melalui penyediaan fasilitas untuk menikmati suasana hutan mangrove, atraksi menanam bakau, program penanaman secara digital, pemberdayaan usaha pemuda dan masyarakat setempat.

Kawasan hutan mangrove di Ekowisata Telok Berdiri yang menjadi fokus untuk menjadi perhatian pihaknya memiliki luas total 15 hektare. Kawasan tersebut berfungsi untuk penahan abrasi dan ombak serta digunakan untuk perkembangbiakan ikan.

Dengan dedikasi Rudi Bacok, sapaannya, bersama pemuda lainnya tersebut mengantarkan Desa Sungai Kupah masuk enam besar anugerah Pesona Indonesia 2021 dan pada 2022 masuk 300 besar desa wisata Indonesia.

Kemudian secara pribadi dia dinobatkan sebagai pemuda pelopor 2022 dari Kementerian Kepemudaan dan Olahraga RI di bidang SDA dan lingkungan. Pada Juni 2022, dia akan menerima penganugerahan kategori perintis lingkungan Kalpataru 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Baca juga: Indonesia-Saudi bahas rencana kerja sama di bidang perubahan iklim

Menparekraf tertarik

Pada Maret 2022 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menyambangi kawasan Ekowisata Telok Berdiri Sungai Kupah sebagai bentuk apresiasi dengan kepedulian pemuda dan masyarakat dalam mengembangkan destinasi wisata berbasis alam tersebut.

Sandi tertarik dengan gerakan tersebut terutama program penanaman mangrove digital yang mampu memadukan konsep pelestarian lingkungan, wisata dan digitalisasi.

Di objek wisata mangrove, Telok Berdiri Desa Sungai Kupah tersebut masyarakat bisa berpartisipasi untuk ikut menanam mangrove dengan membeli bibitnya. Setelah di beli, nantinya, pengelola akan melakukan penanaman dan dilaporkan via aplikasi. Sehingga si penanam atau pembeli bibit bisa memantau perkembangan pertumbuhan mangrove tersebut melalui itu.

"Ini yang membuat saya sangat tertarik, karena idenya sangat menarik dan akan kita dukung," tuturnya.

Sementara itu, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengharapkan kehadiran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Kubu Raya diharapkan bisa membuat pengelola desa wisata dan masyarakat Kubu Raya untuk jauh lebih bersemangat sehingga bisa terus meningkatkan kreativitas generasi muda di kabupaten itu.

"Selain pengembangan Mangrove, kami di Pemkab Kubu Raya juga menggandeng sejumlah pihak untuk mengembangkan produk turunan dari mangrove ini, seperti pengelolaan buah nipah, madu mangrove, serta produk olahan perikanan yang berada di sekitar kawasan mangrove," kata dia.

Baca juga: Basarnas Manado tanam ratusan pohon bakau di Pantai Likupang

Masyarakat bangga

Masyarakat Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya mengaku sudah merasakan dampak nyata hadirnya pengembangan desa wisata di daerahnya yakni Ekowisata Telok Berdiri baik dari sisi lapangan kerja bagi warga maupun pembangunan di daerah itu. Pelan tapi kini menjadi masyarakat jadi bangga akan daerahnya menjadi tujuan wisata.

Hadirnya ekowisata membuat masyarakat bisa berjualan dan juga membuka lapangan kerja serta pembangunan desa semakin hadir. Hal itu sebagaimana disampaikan warga Sungai Kupah, Fatimah.

Senada, Ketua RT setempat, Iskandar mengaku pembangunan kian dirasakan masyarakat. Ia mengaku bangga daerahnya menjadi tujuan wisata warga dari luar daerah.

Banyak orang datang berkunjung dan membuat kegiatan di sana. Itu suatu kebanggaan bahwa desa sepi itu kini menjadi tujuan wisata dan berdampak luas dalam banyak hal.*


 

Pewarta : Dedi
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024